Judul
Buku : Berjalan di Atas
Cahaya-Kisah 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis
: Hanum
Salsabiela Rais, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 224 halaman
Terbit : Maret, 2013
Harga
: Rp.50.000
Kategori
: Inspirasional
Eropa
lebih sering menawarkan tempat-tempat eksotik, makanan enak dan jalan-jalan
yang memberi kesan mewah. Padahal, Eropa memiliki keindahan yang lebih dalam
lagi bagi mereka yang memaknai perjalanan dengan tidak hanya sekedar sebuah
jalan-jalan. Hal inilah yang jarang dimiliki oleh pecinta Eropa, mereka
mengunjungi Eropa sekedar untuk melihat tempat-tempat indah, berfoto narsis,
hingga pembuktian bahwa mereka memiliki materi yang berlimpah.
Buku
sederhana ini padu dengan buku karya Hanum sebelumnya yaitu ‘99 Cahaya di
Langit Eropa’ adalah buku yang beredar di antara puluhan buku yang juga
berkisah tentang Eropa. Namun, buku ini mampu memaknai Eropa dengan sisi yang
berbeda. Tidak hanya tempat-tempat eksotik, melainkan berisi internalisasi yang
dalam sehingga pembaca mampu menarik ribuan hikmah dan pengetahuan dari
kisah-kisah yang disajikan.
Tidak heran jika buku sebelumnya ’99 Cahaya di
Langit Eropa’ menuai sukses dan menjadi bestseller nasional, bahkan telah
diangkat ke layar lebar. Jika buku sebelumnya Hanum menulis bersama suaminya,
Rangga Almahendra. Di buku ketiga ini Hanum melengkapi kisah-kisahnya bersama
kedua rekannya, yaitu Tutie Amaliah dan Wardatul Ula. Keduanya tentu saja
pernah mencicipi hidup di Benua Biru itu.
Terdapat
sembilan belas potongan pengalaman yang tertulis dalam buku ini yang semuanya
tertulis menarik dan inspiratif. Kisah pertama dalam buku ini menceritakan
perjuangan keberangkatan Hanum dan kru ke Eropa. Mereka mendapat tugas dari
sebuah stasiun televisi swasta untuk meliput profil muslim di Eropa untuk bulan
Ramadhan. Sebenarnya permasalan terbesar adalah karena anggaran dana yang hanya
disiapkan sebesar USD3000 untuk tiga orang selama delapan belas hari di Eropa.
Tentu
saja ini sebuah masalah mengingat Eropa adalah benua termahal di dunia. Hal
inilah yang membuat Hanum membayangkan peliputan itu akan menjadi kisah yang
menyeramkan. Hingga jalan itupun terbuka, semua tampak cerah ketika Hanum
mendapat ide dari A Man Kutzenberger, wanita 66 tahun yang dianggapnya seperti
Ibu selama tiga tahun di Eropa dulu. Ya, Eropa bukanlah benua yang asing bagi
Hanum, ia pernah tinggal di sana bertahun-tahun dan selama itu ia sebenarnya
sudah memiliki tabungan sosial yang akan membantunya sekarang.
Sebagai
kisah pembuka, Hanum berhasil memancing pembaca untuk terus mengikuti buku itu
hingga akhir. Beberapa kisah selanjutnya adalah kisah-kisah inspiratif
orang-orang yang menjadi talent selama peliputan di Eropa. Ada kisah Bunda
Ikoy, wanita Aceh yang bekerja sebagai pembuat jam di Swiss. Kisah Nur Dann,
gadis keturunan Turki berjilbab yang jelita, uniknya ia berprofesi sebagai ripper
dan mengatakan bahwa nge-rapp adalah caranya untuk berdakwah. Dan juga kisah
yang menyentuh hati dari sebuah keluarga muslim di desa kecil bernama Neerach
di Swiss.
Selain
itu, masih banyak potongan kisah yang inspiratif baik dari Hanum sendiri maupun
kedua penulis lain. Tentang wanita bercadar yang menjadi pahlawan bagi Tutie
Amaliah, tentang analogi gajah terbang dari Xiao Wei, dan yang paling
menggetarkan adalah fakta mengejutkan di gerbang katedral Palermo. Siapa
sangka, ada pembukaan Al-Fatihah yang terukir penuh wibawa di gerbang tersebut.
Di sanalah Ivano--sang pemilik cerita--terduduk, menyesali kebenciannya
terhadap negaranya Sisilia dan Raja Roger.
Dalam
buku ini, Hanum dan kedua penulis lain sebenarnya terus menggemakan pesan agar
muslim bisa menjadi agen yang baik. Betapa banyak non-muslim yang justru
terpesona dengan Islam melalui keindahan akhlak muslim yang mereka temui.
Kisah-kisah kekaguman beberapa dari mereka juga tertulis dalam buku ini.
Bagaimana Sylvia, wanita Eropa asli yang tinggal di Austria begitu mengagumi
Islam yang damai. Ia juga senang mendengarkan azan.
Hal
ini merupakan bukti, bahwa Islam akan lebih mudah diterima apabila muslim
memiliki akhlak cinta damai dan kasih sayang. Tak perlu berteriak tentang jihad
namun tangan merusak tidak tentu arah yang akhirnya justru salah kaprah dan
menimbulkan paradigma buruk tentang Islam.
Ditinjau
dari segi bahasa, buku ini terkesan ringan dan mudah dipahami. Ketiga penulis
mampu menyajikan pengalaman mereka dengan mengalir dan menarik. Hanum sendiri
begitu profesional dalam hal menulis, sebagai seorang jurnalis tentu ia
terbiasa dengan style menulis dengan bahasa baku dan njelimet. Namun, hal ini
sama sekali tidak berlaku untuk buku-bukunya. Sejak buku pertama, ia pandai
memilih bahasa yang ringan dan membumi sehingga karyanya bisa dibaca semua
kalangan.
Tak
ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Buku inipun memiliki satu-dua
kekurangan yang dirasakan pembaca yang kritis. Pada bagian pengalaman yang
ditulis Wardatul Ula, ada kesan cerita yang salah penempatan sehingga terkesan
menjanggal dan datar. Sebaiknya penulis bisa menempatkan potongan pengalamannya
lebih runut, tidak menempatkan bagian keberangkatannya ke Turki justru di
potongan akhir.
Bagian
menggantung lainnya adalah pada tulisan Hanum yang menceritakan tentang
temannya yang penasaran ingin bertemu Tuhan. Di sana sang teman ingin diajari
bersyahadat namun cerita berakhir sampai di situ, di tengah keterkejutan Hanum.
Selain hal-hal tersebut, ada baiknya penulis juga mencantumkan peta seperti
dalam buku ’99 Cahaya di Langit Eropa’, mengingat peta akan sangat membantu
para pembaca untuk masuk dan turut merasakan pengalaman-pengalaman yang
diceritakan. Contohnya, saat Hanum menceritakan perjalanannya ke desa-desa
kecil di Swiss, tentu akan lebih hidup apabila ada peta yang bisa dijadikan
panduan bagi pembaca untuk mengetahui letak desa-desa tersebut di peta Swiss.
Secara
keseluruhan, buku ini adalah buku yang sangat berkualitas. Ditulis dengan
keikhlasan penulisnya. Sebagai individu yang mengaku sebagai pecinta Eropa,
Islam dan kegiatan membaca, maka buku ini menjadi bahan bacaan penuh hikmah
yang direkomendasikan. Semoga cahaya manfaatnya terus menyinari hati dan jiwa
pembaca maupun penulisnya.
NEWS UPDATE! FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (KELANJUTAN DARI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA ) AKAN SEGERA HADIR DI BIOSKOP SELURUH INDONESIA MULAI TANGGAL 17 DESEMBER 2015. FILM INI MERUPAKAN FILM TERMAHAL YANG PERNAH DIPRODUKSI OLEH MAXIMA PICTURE.
No comments:
Post a Comment