"Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk".
[al Baqarah/2:155-157]
[al Baqarah/2:155-157]
Terasa sangat
menyedihkan
Sayang engkau
tak duduk
Disampingku
kawan.
Yang mestinya
kau saksikan
Di tanah kering
bebatuan.
Tubuhku terguncang
Dihempas batu
jalanan
Hati tergetar
menatap kering rerumputan
Perjalanan ini pun,
Perjalanan ini pun,
seperti jadi
saksi
Gembala kecil
Menangis sedih
...
Kawan coba
dengar apa jawabnya
Ketika di
kutanya mengapa
Bapak ibunya
tlah lama mati
Ditelan bencana
tanah ini
Sesampainya di
laut
Kukabarkan
semuanya
Kepada karang
kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua diam
Tetapi semua
bisu
Tinggal aku
sendiri
Terpaku menatap
langit.
Barangkali di
sana ada jawabnya,
mengapa di
tanahku terjadi bencana?
Mungkin Tuhan
mulai bosan
Melihat tingkah
kita,
Yang selalu
salah dan bangga dengan dosa-dosa.
Atau alam mulai
enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita
bertanya pada rumput yang bergoyang.
Ada rasa yang berbeda
saat lagu Pak Ebiet di atas mendayu-dayu dari ponselku malam ini. Ingatan
membawaku pada sebuah suasana gelap berdebu dan balutan udara panas yang sedang
mengepung saudara-saudara kita, di Jawa Timur.
Negeri ini kembali
berduka, bencana datang silih berganti, dan lagu Pak Ebiet selalu mengiringi
berita-berita duka itu. Tapi mengapa sedikit sekali yang mau menghayati
bait-bait lagu tersebut? Yang apabila didengarkan sepenuh hati, akan membuat
air mata menetes dengan sendirinya.
"Mungkin Tuhan
mulai bosan
Melihat tingkah
kita
Yang selalu
salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai
enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita
bertanya pada rumput yang bergoyang."
Rumput yang bergoyang tidak akan
pernah menjawab apapun, kita semua pasti tahu itu, karena itu hanya kalimat
majas. Diri kita sendirilah yang harus diberi pertanyaan itu. Lalu, sudahkah
kita bertanya pada diri sendiri?
Tulisan kecil ini kupersembahkan untuk
saudara-saudaraku di Jawa Timur sana (Kampung halaman Bapak), yang tengah dirundung nestapa bencana,
yang mungkin sedang duduk meringkuk di tenda-tenda, mengenang nasib rumah
mereka. Yang mungkin para Ibu tengah tertawa pura-pura untuk menghibur
anak-anak mereka, untuk memberikan ketenangan pada buah hati mereka. Yang
mungkin para Ayah sedang duduk menahan air mata, teringat sawah yang mulai
menguning entah apa nasibnya.
Bersabarlah, saudaraku...
Kaum Sadum dan Gomorrah dihancurkan
dengan hujan batu akibat kedurhakaan dan perilaku homo seksual mereka, dan kaum
Nuh ditenggelamkan karena keangkuhan dan kebutaan mereka.
Apakah musibah dan bencana hanya
ditimpakan bagi mereka yang durhaka?
Bila engkau lupa, mari kita ingat
kembali, bagaimana rupa jenazah para syahid di perang Uhud? Ketika Hamzah
dihujam dengan tombak, kemudian dirobek dadanya, dicabut jantungnya?
Bagaimana rupa
jasad Mush’ab bin Umair? Pemuda tampan yang dulunya selalu berpakaian indah itu
syahid dalam keadaan yang sebaliknya.
Mush’ab adalah pembawa bendera
Rasulullah saat perang Uhud, dan ketika perang sedang berkecamuk, Ibnu Qumaiah
dengan menunggang kuda datang menebas tangan Mush’ab. Tidak menyerah, Mush’ab
tanpa memedulikan rasa sakit menarik kembali bendera Rasulullah ke satu tangannya yang masih utuh. Tapi kemudian,
Qumaiah menebas tangan Mush’ab lagi. Pemuda tampan itupun tersungkur. Dengan
lantang ia mengulang kembali ucapannya sebelumnya:
“ Muhammad itu tidak lain hanyalah
seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”
Dengan kedua pangkal lengannya, Mush’ab
merangkak mendekati bendera Rasulullah, lalu mendekapnya dengan semangat yang
masih tetap berapi-api. Namun, Qumaiah dengan cepat menancapkan tombak ke
lambung Mush’ab hingga akhirnya pemuda itu wafat.
Apakah kamu masih ingat kisah itu,
sahabat?
Bagaimana dengan kisah Hussein cucu Rasulullah, saat di Karbala? Kisah Rasulullah yang dilempari batu dan
caci maki dari penduduk Thaif? Padahal ketika itu Rasulullah datang dengan
harapan mendapat perlindungan.
Lalu, kisah kaum Muhajirin yang menempuh
panasnya gurun pasir demi memperoleh keamanan menjalankan Islam di Madinah?
Kisah pembantaian muslim di Bosnia pada tahun 1992-1995? Ketika para laki-laki
dipisahkan dari wanita, lalau mereka diberondong senjata. Sementara itu, kaum
wanita diperkosa secara masal oleh tentara Serbia. Ingat ketika para tentara itu menelanjangi
para Imam Masjid? Memenggal kepala mereka? Menggoreskan luka berbentuk salib di
tubuh mereka? Kemudian menjadikan kepala mereka sebagai bola mainan? Masih ingatkah?
Musibah dan bencana akan menjadi azab
bagi mereka yang durhaka, dan menjadi ujian bagi mereka yang bertakwa. Aku tidak tahu apakah peristiwa Kelud, Sinabung, dan
sebagainya ini merupakan ujian atau azab dari Tuhan. Pertanyaan yang harus kita tanyakan pada rumput yang bergoyang.
Negeri ini Negeri Cincin Api, kita tidak
bisa memungkiri. Ratusan gunung api melingkari Indonesia dengan letusan-letusan
yang tidak mungkin bisa dihindari. Mereka akan beraksi sesuai sunnatullah, atau
yang disebut sebagai ‘hukum alam’ bagi mereka yang tidak percaya dengan
sunnatullah. Tak perlu disesali.
Semoga kita tetap bisa mengambil
hikmah dari setiap peristiwa. Semoga kita tetap berkarya dan berjuang untuk
mewujudkan surga dalam lingkaran neraka. Tanah ini—yang dilingkari cincin api,
yang beralaskan tiga buah lempeng dunia—adalah anugerah Tuhan untuk Indonesia.
Untuk saudaraku, jangan lupa mengucapkan:
إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي،
وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
“Kita milik
Allah semata dan sesungguhnya hanya kepada-Nya semata kita kembali. (QS.
Al-Baqarah [2]: 156). Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku,
dan berilah aku ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah menimpa.”
(HR. Muslim)
Bersabarlah, sesungguhnya Tuhan
melihat dan menilai kesabaran kita...
Bogor, 14 Februari 2014
I also pray for East Java, Darling!
ReplyDeleteActually Indonesia is a precious country, what things you don't have? think about it. It is just a small exam for your country, your goverment, your people. Just keep smile, darling ;)
Thanks...
DeleteWish this disaster will overcome soon :) you are right, just thankful everything which God was gave us... :)
Dalam banget. thanks for your share...
ReplyDeleteYou'r wellcome :)
DeleteTak sanggup menahan pilu dihati,,,kini ku mendapat jawaban dari langit ketujuh, mengapa langkahku terhalang untuk mengejar ilmu di Kampung Inggris di Kediri Desember lalu, inilah jawabannya, terjadi musibah dan bencana Kelud yang tak terduga. Allah Maha Tahu, sedang saya sempat protes,, :"(
ReplyDeleteAlhamdulillah..Allah Maha Tahu segalanya Kak :)
DeleteYap...sesungguhnya cobaan Allah itu hanya sedikit. Nggak perlu dipikir terlalu berat
ReplyDeleteBenar sekali, Mak.
DeleteTerimakasih sudah berkunjung :)
semoga semuanya cepat berlalu ya , semoga diberikan kesabaran
ReplyDeleteAamiiin...Ya Rabb
Deleteterimakasih sudah berkunjung Mak :)
Kalau ada bencana selalu terdiam, terpekur. Kita itu sebenarnya lemah
ReplyDeleteBenar, Mak. Hanya saja kita terlalu sombong dan angkuh ketika dianugerahi kebahagiaan.
Deleteterimakasih sudah berkunjung :)