Wednesday, 20 May 2015

Kesanku [Resensi]: Novel Assalamualaikum Beijing!




Seperti kemarin,
pagi ini aku terbangun
dan menemukan wajahnya
di sisi pembaringan.
Seperti kemarin,
dia mengejutkanku dengan senyum
dan dengan nada yang nyaris sama
ditikamnya rasa percayaku, “Saya suamimu!” katanya.
Dan seperti kemarin,
aku memandangnya dengan keraguan yang terus menggelepar.
Jika benar laki-laki itu takdirku,
kenapa potretnya tak membekas dalam ingatan?

Novel dengan sampul depan menampilkan gambar seorang wanita yang tengah menyusuri The Great Wall ini, kubeli sehari yang lalu, tepatnya di bazarnya Bunda Asma Nadia. Sabtu, 25 Januari kemaren Bunda Asma membedah bukunya Twitografi Asma Nadia di kampus AKA Bogor, jadinya beliau juga menggelar bazar buku dan ransel seusai menyampaikan materi.


Kabar yang lebih menyenangkan lagi, Pak Isa Alamsyah juga turut hadir. Selain menemani Bunda Asma, beliau juga sudah punya jadwal kopdaran bareng anggota Komunitas Bisa Menulis yang berdomisili di Bogor dan sekitarnya. Rasanya belum hilang nih seneng dalam hati ketika bisa ngobrol dalam jarak tak lebih dari satu meter dengan keduanya, sharing secara intens antar sesama anggota KBM, foto-foto bareng, dan dapat tanda tangannya Bunda.

Kopdar Komunitas Bisa Menulis Bogor

Komunitas Bisa Menulis
Asma Nadia sedang menjelaskan kualitas ransel
Baiklah, lupakan sejenak tentang kebahagiaan di hari itu. Sekarang aku mau berbagi kesan nih tentang bukunya Bunda yang berjudul Assalamualaikum Beijing!, sudah pada punya? Kalau sudah alhamdulillah, dan kalau belum semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan yang baik.

Sebelumnya aku ingin memberi tahu terlebih dahulu, bahwa aku tidak menyinopsiskan Assalamualaikum Beijing dalam tulisan ini, jika ingin tahu sinopsisnya, silakan klik di sini. BACA JUGA: FILM RELIGI TERBARU TENTANG ISLAM & TERORISME, BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (SYUTING DI NEW YORK).

Saat menyampaikan materi, Bunda Asma telah memberi tahu bahwa novel ini adalah satu-satunya novel cinta yang beliau tulis. Aku membenarkan. Coba lihat novel-novel Bunda yang sebelumnya, seperti Cinta di Ujung Sajadah, Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, dan lain-lain. Meskipun ada selipan tentang cinta di dalamnya, tetap saja cinta bukan menjadi main theme dalam novel-novel tersebut. Dan Assalamualaikum Beijing benar-benar novel cinta murni! Tentang bagaimana seseorang mengolah patah hati, tentang cinta sepihak, tentang kebutaan cinta, dan tentunya tentang kesetiaan. Ya, kesetiaan, sesuatu yang sulit dipercaya adanya oleh banyak orang di abad ini.


Siapa saja tokohnya?

Asma, seorang gadis yang disebut-sebut sangat enerjik, cerdas, punya prinsip yang tegas, pandai mengolah cuaca hati, pandai mengambil sikap, dan memiliki fisik: ayu [tetapi tidak cantik], berkulit cokelat, tidak tinggi, dan bermata besar. 

Ra, mantan kekasihnya Dewa. 

Zhongwen, seorang pemuda China yang ditemui Asma saat ia melakukan perjalanan kerja ke Beijing. Sekaligus laki-laki yang memiliki kesetiaan yang menakjubkan itu.

Dewa, laki-laki yang sebenarnya luar biasa setia, hanya nasib membawa jalan hidupnya pada sebuah pernikahan yang menjadi mimpi buruk. Menurutku Dewa ini terlalu ambisius dan egois. 

Anita, wanita cantik yang menjadi istri Dewa. Aduh, meskipun aku tidak pernah membenarkan Anita, sebagai wanita aku cukup prihatin dengan kenyataan yang diterimanya.

Tokoh-tokoh kecil lainnya ada Sekar, Ridwan, Bayu, dan para orangtua dari berbagai pihak.


Alurnya bagaimana?

Alurnya maju. Hanya saja dikemas dalam metode penceritaan yang zigzag. Dari setiap bab bagian awal ceritanya masih acak, begitu. Bab pertama tentang Dewa yang mengungkapkan penghianatannya, lalu bab dua tentang kedatangan Asma di Beijing. Kelihatan tidak nyambung memang, tapi nanti semua kisah akan disatukan, kok.


Sebenarnya ini novel sedih, happy, lucu atau datar aja, sih?
 
Haru. Ya, menurutku begitu. Sepanjang jalan cerita, hatiku terasa rintik-rintik menikmati alur dan pergolakan batin setiap tokohnya. Aku menangis  pada saat kisah Mush’ab bin Umair. Tentu aku sudah pernah membaca kisah ini, tapi tetap saja ketika diingatkan kembali aku tak kuat membendung aliran sungai yang berhulu di mataku. Lagipula memang semua kisah para syahid dalam perang uhud sangat menguras air mata.


Bagian mana yang membuatmu paling terkesan?

Perkenalan Asma dengan Zhongwen dan pembicaraan mereka ketika di kafe.

“Yes, you have a gift in learning new language, Ashima.”
“Asma.”
“Ashima,”
Lelaki itu tersenyum lembut, bersikeras tidak mengubah panggilannya. Tidak juga memberitahu arti kalimat terakhir yang diajarkannya, walaupun Asma meminta berulang kali. Yang penting, menurut Zhongwen, kalimat itu bukan sesuatu yang tidak pantas diucapkan seorang gadis terhormat.
“Just practise, Ashima.”
“Asma.”
“No,” lelaki itu menggeleng,
“Forever you are Ashima, for me.”
Senyum simpatiknya muncul. Perdebatan selesai.


Seandainya novel ini difilmkan?

Ya, kemaren Bunda Asma juga memberi tahu kalau novel ini sudah menjadi incaran beberapa PH film. Nah, aku jadi berandai-andai nih, siapa yang cocok jadi pemerannya?

Hmm...kayaknya yang jadi Asma bagusnya Nirina Zubir, deh. Soalnya ketika Bunda Asma menuliskan tentang Asma yang “...tinggi tidak, putih tidak, cantik tidak...” dan salah satu narasi yang menggambarkan Asma: ayu, tetapi tidak cantik, spontan imajinasiku tertuju pada sosok Nirina Zubir. Lagipula Nirina masih cocok kok memerankan wanita 25 tahun yang belum menikah.

Bagaimana pilihanku? Cocok, kan?
Kalau yang jadi Zhongwen siapa, ya? Aku nggak suka film Korea, China atau Thailand soalnya. Dan aku juga nggak pengagum cowok bermata sipit. Malah yang muncul dalam bayanganku adalah mukanya Jackie Chan dan Bruce lee. Haduh! Tapi biarpun begitu, kayaknya aku punya satu kandidat deh [hasil googling], dan dia adalah Jon Foo [hahaha]. You know why? Soalnya wajahnya nggak Cina-Cina amat, malah mirip sama Orlando Bloom [itu lho yang jadi Legolas di film The Lord of The Ring]. 

Mirip Orlando, kan?
Selanjutnya yang jadi Dewa itu??? Hmm...Boy Hamzah. Yeah! Tepat sekali. Ganteng, jangkung, rambut panjang menyentuh bahu, semua kriteria masuk, deh! Om Boy jadi cowok egoisan dikit dalam Assalamualaikum Beijing nggak apa-apa, ya? [merasa jadi sutradara, hoho].


Terakhir, who wants to be Anita? Loading...jeng, jeng, jeng, server error [hihihi]. Kalau Rianti Catwright? Meskipun awalnya sebel sama si Anita, tapi dia istri yang berbakti kok. Dan Rianti sendiri udah pernah ngebuktiin akting kerennya di Ayat-Ayat Cinta, saat dipoligami itu, lho. Kayaknya feel-nya nggak jauh-jauh bedalah sama gejolak batinnya Anita yang tidak pernah dicintai. Selain itu kriteria tubuhnya Rianti kayaknya memang cocok sebagai Anita.


Okay, at last, apa sih kelemahan novel ini?

Narasi yang kebanyakan. Penilaian ini bersifat opini pribadi aja lho, ya. Kalau kamu tipe penyuka novel dengan narasi panjang dan sedikit dialog, tampaknya kamu bakal cinta mati sama novel ini. Aku sendiri nggak terlalu suka novel yang banyak narasi, bagiku dialog lebih mendekatkan pembaca pada masing-masing tokoh. Aku sekalian bisa ngebayangin saat mereka ngomong. Kalau kepanjangan narasi dan deskripsi, malahan aku bacanya loncat-loncat nggak jelas.

Ide cerita yang biasa aja. Ya soal kesetiaan seperti kesetiaannya Zhongwen ini aku sudah pernah tahu beberapa tahun lalu. Saat secara nggak sengaja jalan ke kamar teman [masih di Pesantren dulu], mereka lagi nonton film Korea, jadinya ikutan lihat juga sebentar, ya ceritanya tentang betapa setianya sang suami mengurusi istrinya yang sakit-sakitan dan gampang hilang ingatan. 


Finally?

Kamu harus baca novel ini juga, kawan! Biar nggak gampang galau, bisa move-on dengan cepat, nggak bunuh diri ketika mendapati kenyataan pernikahan yang telah siap justru dibatalkan, nggak asal menerima tawaran cewek, nggak berpikir instan, nggak pengecut, dan tentunya percaya kalau cinta sejati itu masih ada!

6 comments:

  1. aiihhhh... maknyus review nya , complete n full :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hoho....gimana sama pilihan artis hasil casting-ku di atas? hihihi

      Delete
  2. Harga novelnya berapa ya mbak ?
    tq

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya lupa Mbak.. bisa dicek di gramedia. Sekitar 45-50 kalau nggak salah yaa...

      Delete
  3. Saya malah belum bc novelnya mb. lebih enak langsung nonton filmnya..hehe

    ReplyDelete
  4. apakah novel assalamualaikum beijing ada unsur intrinsik atau ekstrinsiknya ?

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...