Wednesday 30 April 2014

Untuk Kita... [We are Always Nine]

Kita!
Aku memang terbiasa begini, tidak bisa terlalu dekat dengan seseorang. Dulu, ketika di pesantren, aku pernah memiliki seorang teman yang kelihatannya sangat dekat denganku, namanya Desi (aku memanggilnya Mbak Desi). Kita tinggal satu kamar sejak kelas X hingga tamat, ke mana-mana berdua, dan kompak. Tapi tahukah, bahwa sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentang dia, dan dia juga tidak mengenaliku terlalu jauh. Kita hanya bercerita hal-hal biasa, tak ada hal-hal kita sembunyikan dari teman-teman lain. 

Aku sendiri tidak tahu, mengapa aku selalu menyayangi teman yang baik padaku dengan proporsi sama. Pertemanan antara aku dan Mbak Desi, kuanggap sama spesialnya dengan pertemananku  pada yang lain, seperti Fahmi, Nila, Romi, Devi, Aulia, Iis, Erma, Nisa, Rahayu, Ina, Tri, Febri, Ulfa, Hikmah, dan lain-lain. Aku selalu merasa tidak memiliki masalah dengan semua teman, dan aku berusaha menyayangi semua mereka dengan adil.
Selalu tidak genap sembilan orang, karena yang satu fotografernya!
Tapi kini, lagi-lagi aku dihadapkan dengan banyak pertanyaan, kenapa harus ada persahabatan di dunia ini jika pertemanan saja sudah cukup? Kenapa manusia harus memiliki seorang teman dekat yang mengetahui segala rahasia kita, sementara teman lain tersakiti? Kenapa persahabatan selalu menyakiti teman-teman di sekitar?

Ya, harus kukatakan, sebentar lagi semester lima, dan tentunya masa kontrakan tahun ini akan segera berakhir di bulan Juni. Kita (aku dan ke-8 teman yang sama-sama mendapat beasiswa PBSB) selalu bersama sejak awal kali menginjak bangku perkuliahan, dan baru di tahun ini, beberapa memutuskan untuk pisah kontrakan.

Menyakitkan dan sedih! Tentu saja, terlebih aku. Karena seperti deskripsiku di atas, aku selalu menganggap kedelapan temanku sama. Tidak ada yang begitu kuspesialkan, dan tidak ada yang kuabaikan. Aku menyayangi mereka sama rata. Ketika ada beberapa orang yang mengatakan akan mencari kosan terpisah, aku merasa kehilangan, tapi tidak juga bisa menahan, karena mereka memiliki alasan.

Beberapa dari mereka mengaku sudah tidak cocok dengan teman kamarnya. Dan ada juga yang ingin satu kosan dengan teman dekatnya saja. Seolah-olah janji kebahagiaan itu akan terwujud bila hidup diarungi bersama sahabat. Tidak ada yang salah, teman. Yang aku salahkan, kenapa harus ada persahabatan yang berujung egois? Kenapa selama ini, masih juga belum bisa memaklumi kesalahan teman?

Bukankah masalah antarteman, antarmanusia, itu sudah biasa? Bukankah sedikit sakit hati itu bisa hilang dengan memaafkan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuatku harus menahan sesak saat kumpul pengambilan keputusan tadi. Banyak yang ingin kuteriakkan, tapi nyatanya aku hanya diam, menahan air mata.

Mungkin ucapan salah satu temanku benar, aku tidak merasakan semua sakit yang mereka rasakan lantaran aku tinggal di kamar sendiri. Sejauh ini, aku memang mencintai kamarku. Di kamar ini aku bisa berbuat sesuka hati tanpa harus menyakiti siapa pun. Dan pastinya aku terbebas dari kegiatan menggunjing, serta tidak memiliki masalah dengan teman-teman. Hidupku begitu nyaman setahun terakhir. Jika sahabat itu ada, mungkin kamar inilah yang paling tepat disebut sebagai sahabatku.
Yang baju cokelat, lengkap ber-9, bersama Prof. Bintoro (KPK PPP)
Aku sendiri heran, kenapa aku tidak pernah memiliki seorang sahabat seperti yang orang-orang definisikan? Entah karena aku tidak memercayai siapa pun, atau karena aku memang tidak memiliki satu rahasia pun. Bila ada yang harus diceritakan, maka aku akan menceritakannya pada semua temanku, tidak perlu menyembunyikan apa pun.

Satu alasan yang bisa kutebak, mungkin aku begini karena kejadian-kejadian yang selalu kuamati. Tidak ada yang kekal, sekarang berteman dekat, beberapa tahun kemudian kita akan berpisah, memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Sekarang menangisi perpisahan seolah-olah dunia akan kiamat sedetik lagi, tapi jelang sebulan kemudian, semua itu lewat begitu saja. Kita memiliki teman baru, lingkungan baru, dan hubungan dengan mereka yang hadir di masa lalu, tidak lagi sedekat hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita sekarang.

Bagiku sahabat itu adalah teman-teman yang kusayangi saat ini. Semuanya sama, tidak perlu berkonspirasi apa pun. Dan dia sahabat sejati, tentunya sang suami. Ya, aku yakin hanya suamilah sahabat sejati setiap wanita. Untuk sekarang, aku lebih menyukai pilihanku, bersahabat dengan semua teman yang baik padaku.

Untuk kedelapan temanku...

Tujuh Juli 2012 adalah pertama kali pertemuan lima orang di antara kita, beberapa minggu kemudian, empat lainnya datang. Genap sembilan orang. Dan sekarang, sudah hampir dua tahun kebersamaan kita. Aku menyayangi kalian semua, tidak ada yang kulebih-lebihkan atau kukurangi kadarnya. Semoga keputusan yang sudah final ini bisa menjadikan kita lebih dewasa dan mampu memaafkan kesalahan orang lain. Masih ada empat tahun waktu yang menanti kebersamaan kita, satu tahun sebelum kelulusan, dan tiga tahun masa pengabdian di Kepulauan Riau. 


Di minggu-minggu awal bulan Juli 2012.
Aku berharap, dengan lingkungan baru ini, kita bisa saling interopeksi diri dan belajar memaklumi teman. Di mana pun kita bernapas di atas muka bumi ini, kita akan tetap menemui beraneka ragam sifat manusia. Kita hanya perlu memaklumi mereka, meminta maaf atau memaafkan. Lari dari semua itu, bukan berarti semua masalah tutup buku begitu saja.

Hanya ini yang bisa kutuliskan. Semoga kebahagiaan dan kasih sayang-Nya selalu bersama kita...
Foto ini diedit oleh salah satu dari kita, setahun lalu...

11 comments:

  1. berarti kaka ini masuknya tipe orang yang easy going, hehe
    enak temenan sama siapa aja dan berapapun jumlahnya, terus gampang 'nyatu' juga :D

    ReplyDelete
  2. dalam berteman kadang-kadang ada waktunya harus tidak selalu bersama-sama ya tapi tetap dekat di hati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Mak, kita juga harus paham soal itu...

      Delete
  3. huaaaaaaaaa.......!!!!!!!!
    aku jadi pengen nagis...... butiiiirrrrrrr......... :D
    tapikan dikelas kita tetap bisa bersamaaaa.....
    *ambilember
    *tangistakterbendung......

    maafkan daku juga butir....

    ReplyDelete
  4. Kedekatan dengan sahabat itu gak bisa dipaksain, sama halnya dengan pasangan jiwa. Itu timbul secara alami. Jadi kalau Mbak Sofia belum nemuin teman yang benar-benar sangat dekat hubungannya, ya berarti emang belum nemu aja sama pasangan sahabatnya :) Gak ada yang salah dengan itu. Saya juga punya teman banyak, tapi gak semua teman adalah sahabat dekat yang benar-benar mengenal saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga suatu saat bisa saya temukan sahabat itu Mbak. Benar juga, sejauh ini saya memang belum benar-benar nyaman dg lingkungan dan tmn2. Seperti ada sesuatu yg menanti, yang diinginkan, tapi bingung juga di mana itu....terimakasih Mbak :)

      Delete
  5. Asyik punya temen baru di dunia perkuliahan. :)
    itu dulu jg hal yg aku tunggu**, tpi gak trwujud. :'(
    smpe skrg punya tmen yah yg itu** ajah, lebih tepatnya tmen sekolah.
    saat kerja jg, punya tmen gada yg saling care, biasa-biasa aja.
    *eh, Makasih sofy. udah selipkan nama Aku distu. hehe :D

    ReplyDelete
  6. Baca lagi tulisan lama Bunbun...
    Memang setiap orang memiliki pendapat masing-masing dan tidak ada yang salah dari semua itu.
    Banyak teman itu baik,tapi memiliki sahabat yang bisa membawa lebih baik itu jauh lebih baik.
    Karena tidak semua teman itu dapat dijadikan sahabat.
    Bagi kebanyakan orang sahabat itu salah satu orang yang penting dalam hidup, memang setiap perjalanan hidup tentu ada masalah ataupun kendala, tapi itu bukanlah suatu alasan yang bisa dijadikan pegangan kalau saat ini dekat kemungkinan nanti akan menjauh tatkala ada perselisihan.
    I will be your best friend,always...
    Jika menurutmu aku bukanlah termasuk dalam kriteria yang dapat dijadikan sahabatmu... no problem, karena itu pilihanmu dan ini pilihanku.


    *peace

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...