Sunday 1 June 2014

Tentang Sepupuku yang Lain, Hari Setiawan


Aku sering merindukan masa kecil, dan seperti cerita-cerita sebelumnya, aku memiliki seorang sepupu bernama Evi Safitri yang kini bekerja di Kepulauan Riau. Kita memiliki ikatan persaudaraan dari darah Bapak—Evi anak dari adik Bapak.

Kita tumbuh bersama di pulau kecil Penyalai, dan kenangan saat kami berumur di bawah 10 adalah masa-masa indah yang tak pernah habis untuk dikenang. Sedangkan ini adalah cerita tentang sepupuku yang lain, yang juga sahabat kecilku. Namanya Hari Setiawan, anak dari adik Ibuku. Hari lebih muda satu tahun dariku, sebab itu pula sejak kecil dia memanggilku Mbak.

Kedekatanku dengan Hari, sama seperti kedekatanku dengan Evi. Hanya saja Hari tinggal ratusan kilometer dari pulau kecilku, sehingga pertemuan dengannya terjadi sekali setahun saja, saat kami sekeluarga mudik ke rumah nenek. Hari pertama kedatanganku, biasanya Hari masih malu-malu untuk menyapa, tapi esok harinya bisa dipastikan kami sudah berteman akrab, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kita bermain masak-masakan di antara kayu yang melintang di mana-mana saat rumah nenek direnovasi. Membuat sarang laba-laba dari air jeruk dan kotak kaset—sekarang aku sudah lupa bagaimana cara membuatnya, dan banyak permainan lain. Tapi satu hal yang paling jelas kuingat, kami lebih sering bertengkar. Bukan bertengkar hebat sampai bermusuhan, biasanya kami merebutkan nenek, kakek, paman, atau bibi.

“Itu nenekku. Kamu nggak punya Nenek. Kamu kan cucu pungut!” seruku.

“Eh, itu Nenekku. Mbak yang cucu pungut. Datang ke sini aja jarang-jarang.” Ia tak mau kalah, bahkan sampai berlari ke pangkuan Nenek.

Kalau sudah begitu, Nenek pasti akan mendekati kami berdua, menciumi bergantian, dan mengatakan kalau kami adalah cucu-cucunya.

Pun ketika malam lebaran, biasanya Kakek akan membelikan banyak kembang api, maka rutinitas pertengkaran di malam lebaran kami pun dimulai. Kami saling berlomba untuk mendapatkan kembang api terbanyak, meskipun akhirnya kami mendapatkan sama rata.

Kini tak ada lagi permainan seperti dulu, juga tentang pertengkaran-pertengkaran kecil kami. Kita sudah tumbuh mendekati usia kepala dua. Jalanku dan jalannya seumpama dua lorong di dua belantara yang berbeda, rasanya tak akan mungkin pernah bersisian atau kembali berjalan bersama. Saat berkunjung ke rumah Nenek, Hari biasanya hanya datang untuk menyapa. Menyalamiku, bertanya kabar, duduk sebentar, lalu pergi entah ke mana. Lima hari aku di rumah Nenek, barangkali hanya dua kali kita bertemu. Satu kali untuk bertanya kabar, dan dua kalinya saat hari pertama lebaran. Padahal dulu, kami pasti akan menghabiskan lima hariku itu bersama. Pagi-pagi sekali ia sudah datang, lalu pulang di sore atau malam hari. Bahkan terkadang sampai menginap.

Hari sekarang tumbuh menjadi pemuda yang menurutku sangat tampan dan atletis. Ia juga memiliki setumpuk kepandaian seni dan olahraga yang menurutku sangat mengagumkan. Drum band, tari, nyanyi, basket, hingga karate. Semuanya sudah menghasilkan, bahkan di kabupaten tempatnya tinggal, rasanya tidak ada remaja yang tidak mengenalnya. Wajahnya selalu muncul di acara festival-festival, musik show, dan turnamen olahraga. Kalau tidak salah, dia menjuarai karate tingkat provinsi, dan dari facebook kuketahui beberapa minggu lalu ia baru saja ke Jakarta untuk tarian melayu di sebuah festival. Tahun lalu rasanya ia juga sudah bolak-balik Jakarta untuk acara-acara serupa.



Kayaknya kalau soal karate emang bakat turunan Ayahnya--ini Omku










Baiklah, aku senang melihat perkembangannya. Cucu-cucu Kakek-Nenek akhirnya tumbuh dengan baik, dengan cara dan bakatnya masing-masing. Semoga suatu hari kita bisa bertemu di perjalanan, duduk sebentar, dan menyempatkan diri untuk sekadar mengenang. Sukses selalu, Ri! Mbak doakan dari jauh.


3 comments:

  1. wow..
    yang muda..
    yang berprestasi..

    ReplyDelete
  2. Wah.. hebat bgtt. Kakek nenek psti BANGGA punya cucu spt kalian.. :) :)

    ReplyDelete
  3. Saya kenal dengan hari mbak..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...