Sunday 7 December 2014

Macau Episode 1: Kedatangan di Macau


TurboJet merah yang akan membawa kami menuju Macau (Dok. pribadi)

Feri TurboJet perlahan mulai bergerak meninggalkan Hongkong International Airport. Kulirik riak putih yang mulai terbentuk di bawah sana. Ah, sebentar lagi aku akan sampai di Macau. Rasanya sudah tidak sabar ingin melihat kota kecil yang kaya sejarah itu, dan tentu saja tidak sabar untuk mewujudkan impianku yang kutuliskan sebelumnya (bisa dibaca di sini).

Siapa sangka aku terpilih sebagai salah satu finalis yang mengikuti trip ini. Adalah sebuah kehormatan besar yang diberikan Macau Goverment Tourist Office (MGTO) dan VIVA padaku. Dan istimewanya lagi, perjalanan kali ini bersama beberapa blogger terkenal yang selama ini sosoknya hanya kukenal dari dunia maya. Nama seperti Barry Kusuma, Alexander Thian, Catperku (Fahmi), dan Harris Maulana juga ikut dalam perjalanan kali ini. Ada juga Mbak Puput Utami, seorang fashion blogger yang sudah memiliki banyak penggemar. Perbedaannya, mereka semua tidak perlu mengikuti perlombaan demi memperoleh perjalanan gratis ini, karena pihak MGTO sendiri yang mengundang mereka. Dari mereka pula aku belajar banyak hal, salah satunya dari kalimat Mbak Puput, “Berani memberi brand untuk diri sendiri itu penting bagi seorang blogger. Apakah kamu ingin dikenal sebagai fashion blogger, food blogger, atau yang lainnya, itu semua bergantung pada keberanian kita.”

Tidak hanya nama-nama di atas yang membuat perjalanan kali ini lebih berwarna, dua finalis lainnya yaitu Zahra dan Una juga membuat hari-hari di Macau menjadi sangat berarti. Kuperhatikan, keduanya memiliki daya ingat yang cukup tinggi, dan wawasan yang luas tentunya. Seringkali aku tidak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan mereka karena merasa tidak paham dengan apa yang sedang dibicarakan. Soal nama-nama tempat dan jalan, mereka juga ahlinya. Sementara aku sangat kesulitan mengingat nama-nama dalam bahasa Kanton, karena menurutku semuanya terdengar mirip.

Lalu dari pihak MGTO, ada Bu Ningsih Chandra dan dua orang laki-laki empat puluh tahunan yang namanya tidak lagi mampu kuingat. Selain mendampingi perjalanan kami, mereka datang ke Macau dalam rangka menghadiri meeting yang diadakan di Venetian Resort.  Ramah, manis, sederhana, dan mudah akrab dengan orang lain, itulah yang kutangkap dari sosok Bu Ningsih. Ia juga sering membagi-bagikan cokelat atau cake untuk kami semua. Rasanya saat itu, aku dikelilingi oleh orang-orang hebat sekaligus baik. Lalu nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Kapal terus melaju meninggalkan daratan Hongkong. Lanskap di kanan-kiri yang semula hanya air, kini mulai berubah. Pulau-pulau kecil dengan cadas-cadas putih sesekali terlihat. Daratan dengan pegunungan hijau juga membentang di belahan lain, meskipun sangat jauh. Roti croisant dengan isi sosis, kue sejenis apem, dan potongan buah menemani perjalanan hari itu. Semakin tidak sabar ingin cepat sampai di tanah tujuan.

Yang mana duluan mau dilahap? (Dok.pribadi)

Macau dan Perkenalan dengan Mr Alan Chan

Wush...
Angin yang bersuhu sedang menyamput kedatangan kami begitu keluar dari Macau Ferry Terminal. Mataku seketika menangkap deretan bus bertuliskan Venetian dan beberapa mini bus lainnya. Wajah-wajah turis mancanegara banyak terlihat, dan tentu saja wajah penduduk lokal yang bermata sipit lebih sering melintas. 
“Halo, ini rombongan blokker Indonesia?” laki-laki bertubuh semampai itu menyapa kami. Sekilas tidak ada yang menyangka kalau ia bisa berbahasa Indonesia karena wajahnya tidak berbeda dengan penduduk lokal. Jenggotnya yang dikelabang menjadi ciri khas laki-laki tersebut.
“Blokker?” kami saling memandang.
“Iya, blokker, blog, blogger. Alah susah sekali, blokker lebih gampang.” Ia tertawa yang kemudian diikuti oleh tawa kami.
“Jadi ini Bapak Alan Chan?” tanya seorang dari kami.
“Ya, saya Alan Chan.”
Rombongan ke Macau, Pak Alan menggunakan baju petak-petak (kurang satu: Alex). Foto diambil dari intagram Mas Harris
Setelah bersalaman, kami langsung diajak memasuki mini bus yang sejak tadi sudah menanti kedatangan kami. Supir bus adalah laki-laki 35-40 tahunan, berkulit putih, dan wajah khas China. Dalam hati aku membatin, kalau supir busnya saja keren begini, lalu seperti apa kerennya para pengusaha di sini? 

Bus melaju meninggalkan tempat pertama kedatangan kami, perbincangan dengan Pak Alan kembali dimulai. Laki-laki kelahiran Boyolali itu meninggalkan Indonesia sejak umur 4 tahun, meski begitu ia masih sering berkunjung ke Tanah Air bersama sang istri. Siapa sangka, beliau masih lancar berbahasa Jawa, bahkan logatnya pun tidak hilang. Ia pernah menunjukkan foto kedua anaknya, si bungsu laki-laki dan nomor dua perempuan, tentu saja keduanya berwajah seperti artis Korea. 

Selain sesekali berperan sebagai guide, Pak Alan adalah ketua di The Indonesia Friendship Association of Macao China, The Indonesia Returned Overseas Chinese Association of Macao China, dan anggota AnHui Province Federation of Returned Overseas Chinese-standing Committe. Satu hal lagi yang membuat kami sangat bersyukur memiliki pemandu seperti Pak Alan, semua masalah bisa diselesaikannya dengan mudah. Contohnya, saat hari kedua di Macau, petugas hotel mengatakan pembayaran tidak include sarapan, sehingga kami tertahan di dekat lobi hotel. Tapi setelah Pak Alan turun tangan, kami bisa masuk ke restoran hotel tanpa antrian.

"Biasanya saya itu jadi guide untuk televisi dan koran saja lho ya." Ucapnya dengan suara guyon-nya.  Namun sebenarnya ia tidak bercanda, saat itu kami memang sedang dipandu oleh orang besar dan istimewa.

Baca Episode 2 di sini

Macau Government Tourist Office Representative in Indonesia
Twitter: @macauindonesia
Facebook: MGTO Indonesia
Website: http://id.macautourism.gov.mo/ 

6 comments:

  1. naik kapal feri ya dari hongkong,,pastinya menyenangkan ya mbak :)

    ReplyDelete
  2. Seru banget ya. Macau memang memukau.

    ReplyDelete
  3. Asiiik, si Fahmi rupanya diundang ke sana, beruntungnya dia. :D

    ReplyDelete
  4. Pasti jadi pengalaman yg gak bisa dilupain ya Mba, ketemu sama orang2 hebat dan curi ilmu dari mereka semua :)

    ReplyDelete
  5. Benar kata Pak Alan Chan, bloker lebih gampang daripada blogger. Wah, perjalanan yang sangat mengesankan, ya, Mbak.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...