Friday 29 May 2015

F Suardy dan 99 Karakter Lukisan Ratu Pantai Selatan



Aku tidak ingat kapan pertama kali tertarik pada lukisan. Satu hal yang sudah pasti, buku-buku catatan semasa SMP dan SMA hanya tersisa beberapa saja saat ini. Selebihnya sudah kubakar karena dipenuhi gambar-gambar manusia yang kubuat di sana. Sebenarnya aku tidak punya maksud untuk menggambar manusianya, melainkan busana yang mereka pakai. Kan nggak enak dilihat kalau desain-desain itu nggak dipadu padankan sama model manusianya. Kata Bapak, lukisan makhluk hidup itu akan menuntut nyawa di akhirat kelak, makanya harus dibakar. Daripada di kehidupan kedua nanti aku dikejar makhluk-makhluk unyu, lebih baik bukunya saja yang kubakar.

Yeah, bakat menggambarku memang tidak pernah diasah. Justru sekarang aku hampir tidak pernah lagi menggambar. Meski begitu, aku tetap senang mengamati lukisan. Contohnya saat aku lihat lukisan di dapur peternakan tempatku magang, aku berdiri di sana sampai sekitar sepuluhan menit. Padahal itu hanya lukisan sebuah rumah dengan hutan berwarna hitam di belakangnya. Hanya saja imajinasiku selalu berkeliaran ke mana-mana. Tiap kali melihat lukisan, aku selalu bertanya, “Bagaimana bisa hal seindah ini, detail sekecil ini, bisa diciptakan dari olesan sebuah kuas? Tanpa digambar dengan pensil terlebih dahulu.” Dan kalau sudah begitu, langsung aku terkagum-kagum pada si pelukis.

Tanggal 05 April lalu, aku menghadiri festival Nelayan Nasional yang diadakan di Pelabuhan Ratu. Saat berangkat, aku sama sekali tidak punya ekspekstasi apa-apa terkait festival yang akan kudatangi. Tahunya, itu memang sudah agenda tahunan dan tentu saja penontonnya membludak. Selain menyaksikan upacara Larung Saji yang merupakan upacara persembahan bagi Kanjeng Ratu Pantai Selatan, aku menyempatkan diri berkeliling blok-blok pameran yang sudah disediakan. 

Ada yang mempromosikan wisata Situ Gunung, pernak-pernik dari binatang laut, makanan, hingga dinas Kelautan yang memamerkan peralatan kerja mereka saat di laut. Di antara sekian banyak, hanya satu blok yang paling menyita perhatianku. Aku datang ke sana berkali-kali dan berdiri di sana cukup lama. Bahkan sempat ngobrol dengan pemiliknya. 

Tidak lain tidak bukan, yang kukunjungi tersebut adalah stan pameran milik pelukis F Suardy. Laki-laki jangkung berkaca mata, bertopi, dan berambut gondrong tersebut dikenal sebagai Pelukis Kanjeng Ratu Kidul dengan 99 Karakter. Wajar saja kalau stannya dipenuhi oleh lukisan-lukisan Sang Ratu. Beliau sudah pernah melakukan pameran tunggal di Grand Sahid Jaya Hotel, TMII, dan di INNA Samudra Beach Hotel. Rata-rata lukisan yang dipajang di sana berukuran besar. Seperti yang biasa dipajang di istana-istana atau museum. Ngeri juga ya kalau sampai dipajang di rumah?

“Kok bisa sih, lukisan sebanyak ini punya wajah yang mirip semua? Padahal nggak ada modelnya tho?” tanyaku dalam hati ketika itu.
Tak lama, Bapak Suardy datang. Dia berdiri di sampingku dan mulai berkata, “Hal yang seperti ini kan potensial sekali Neng sebagai ikon kabupaten Sukabumi. Seandainya saja dikembangkan, ini bagus sekali. Tidak semua tempat lho punya legenda semenarik ini. kalau masyarakat asing sangat menghargai hal-hal berbau budaya sekaligus legenda seperti ini, sayangnya masyarakat kita tidak. Saya justru dikatai musyrik.” Ucapnya prihatin.
Aku mengangguk. Benar juga. Lukisan-lukisan tersebut memang sangat potensial, mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang percaya akan keberadaan Sang Ratu Selatan. Mungkin karena dalam film-film, lukisan Ratu Selatan selalu dikaitkan dengan kehadiran Sang Ratu, jadi banyak yang takut memiliki lukisan sesakral itu di dalam rumah. Soal musyrik tidaknya, aku tidak tahu. Tergantung niat sang pelukis dong ya? Kalau beliau melukis hanya untuk seni, ya bukan syirik. Tapi kalau untuk disembah, baru namanya syirik. Para pembeli juga harus meluruskan niat saat membeli lukisan seperti itu, diniatkan saja untuk keindahan semata, jangan justru disembah dan diberi sesaji. Hehe
 



Yang ini juga lukisan F Suardy. Abaikan makhluk di sampingnya.

Kembali kuamati satu-persatu lukisan itu. Di sana ada pose saat Nyai Roro Kidul sedang duduk di singgasana, ada yang keluar dari air, ada yang bersama Raden siapa gitu, serta ada juga lukisan seorang wanita berpakaian serba putih dan kerudung putih. Kupikir itu Ratu Kidul sedang berkerudung, ternyata lukisan itu adalah Hajah siapa gitu. Yang jelas dari jaman-jaman dulu. Sayang, daya ingatku payah sekali. Padahal Pak Suardy sudah menjelaskan nama-nama mereka padaku.

Hampir sepuluh menit, akhirnya aku permisi untuk melanjutkan ke stan selanjutnya. Kuminta kartu nama sang pelukis dan dia dengan senang hati memberikan. Aku senang dengan keramahan bapak Suardy. Seandainya saja waktu itu kepalaku lebih cepat berpikir, sekarang aku pasti punya foto bersama beliau. 

Semoga lain waktu ada kesempatan berkunjung ke galerinya INNA Samudra Beach yang beralamat di Jl Raya Cisolok KM 7, Pelabuhan ratu, Sukabumi 43365, Jawa Barat. Bagi yang ingin menghubungi Pak Suardy, bisa langsung ke email beliau kisamudra_biru@yahoo.com.

10 comments:

  1. TErnyata ada yang berkerudung juga ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Lidya. Tapi itu bukan Roro Kidul yang berkerudung. Siapa gitu, lupa namanya.

      Delete
  2. Iya benar kata Mak Lidya. Ada yang berkerudung juga. Banyak juga yang pakai warna HIJAU ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hijau itu kan udah jadi warna ikoniknya Ratu Pantai Selatan, Mas Asep :)

      Delete
  3. Nice post kawan…
    Keren nih postingan ini…. Saya jadi berfikir dan mengambil banyak pelajaran dari ini semua.

    ReplyDelete
  4. Legenda Nyi Roro Kidul memang sangat fenomenal, terutama di daerah Pantai Selatan. Ada yang percaya itu cuma mitos, ada juga yang meyakini keberadaanya. Entahlah.

    Oh, ya. Sebenarnya untuk menggambar hewan, termasuk manusia, yang tudak dimungkinkan bisa hidup (seperti tanpa kepala), hukumnya tidak sampai haram.

    ReplyDelete
  5. makasih gan infonya dan salam sukses

    ReplyDelete
  6. terimakasih bos infonya dan semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  7. ibu ratu sendiri kadang juga pakai kerudung / hijab...
    beliu sudah hajah ko...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...