Friday 24 July 2015

Macau: Perjalanan Mendaki Penha Hill



Si Ijaah.com lagi serius banget jalannya

Sejak ke Macau akhir tahun lalu, rasanya aku belum pernah berpelesir kemana pun lagi, kecuali hanya kota-kota di pulau Jawa yang tidak begitu menarik untuk diceritakan. Meski sudah banyak menuliskan tentang perjalanan ke Macau, namun tetap saja masih ada foto-foto yang sayang kalau tidak ditampilkan. Nah, tidak mungkin juga aku share foto di blog tanpa sebaris kalimat pun, jadi mau tidak mau harus ada sedikit cerita yang kucantumkan.

Macau memang terkenal dengan bangunan megah hotel-hotelnya, termasuk casino yang menawarkan segala malam jenis permainan judi super lengkap. Jadi secara garis besar tiap kali disebut nama Macau, kita pasti akan berpikir tentang casino. Yeah, kurasa memang tepat kalau ia dijuluki Las Vegas-nya Asia.  So, jika ingin memotret dengan view khas Cina, aku tidak menyarankan kalian hunting foto di areal central Macau yang lebih terkesan Eropa, melainkan sedikit korban tenaga untuk memasuki wilayah rumah-rumah penduduk. Di sana kita akan menyaksikan Macau dari sisi yang benar-benar berbeda.

Seperti pagi itu, tepat di hari kepulangan kami menuju Hongkong, aku dan dua orang finalis lomba blog Why Macau (Una & Zahra) menyempatkan untuk berkunjung ke A Ma Temple. Rasanya sayang kalau sudah sampai Macau tapi tidak melihat langsung kuil yang penuh legenda tersebut. Kami keluar kamar hotel pagi-pagi sekali, segera sarapan, lalu menunggu bus sekitar sepuluh hingga lima belas menitan. Bersama masyarakat lokal, kami akhirnya meluncur menuju lokasi kuil.

Ternyata oh ternyata, A Ma Temple tidaklah semegah yang ada dalam bayanganku sebelumnya. Dari segi ukuran, bentuk, dekorasi, arsitektur, dan segala macam, semuanya masuk dalam kategori sederhana. Sangat sederhana malah. Hanya ada ruang sembahyang sempit yang dipenuhi peralatan khas Cina, aroma dupa yang tercium di segala sisi, dan gantungan ‘wishes’ di halaman tengah. Di luar gerbang kuil, kita akan melihat halaman luas dengan kursi-kursi yang dinaungi pepohonan. Di sanalah terlihat banyak warga lokal yang bersantai menghirup udara segar.

Usai dari kuil, aku dan Zahra memutuskan untuk pendaki Penha demi melihat langsung gereja yang sejak pertama kedatangan di Macau sudah menyita perhatian. Yes, tiap kali melintasi jembatan yang membelah selat kecil di sana, semua mata tentu bisa menangkap gereja yang berdiri di ujung bukit. Meskipun ia terihat kecil di kejauhan, tapi karena posisinya yang strategis, ia mampu menarik perhatian. Si Una yang tahun sebelumnya sudah pernah traveling ke Macau memberi tahu kami kalau jalan menuju gereja ada di depan A Ma Temple. Wah, dekat. Karena itulah aku dan Zahra sepakat untuk naik, sementara Una pilih nunggu di sekitar kuil.
 
On the way Penha
Bingung juga si Ijah lagi motret apa.

Sekitar-sekitar sana juga
Jalanan terus menanjak, tapi entah kenapa aku menyukai suasana asri di sana. Rasanya berbeda 180 derajat dengan suasana Macau yang selama beberapa hari lalu kusaksikan. Jalanan yang lengang, udara yang sejuk, pepohonan, rumah-rumah yang menunjukkan identitas ke-Cina-an, dan satu dua orang kakek yang tetap berstamina menyusuri jalan menanjak bersama anjing kesayangan. Andai waktu itu kami sedang tidak dikejar-kejar waktu keberangkatan ke Hongkong, tentu perjalanan akan jadi lebih khusyuk. 
 
Gate of the Church
 
Sisi kiri gereja
Kali ini tema foto-fotoku adalah Macau versi kusam. Maksudnya ingin memperlihatkan kalau Macau itu juga punya sisi kusam-kusamnya seperti yang terlihat dalam foto, tidak melulu bangunan hotel mentereng yang megah. Biarpun bangunan di areal bukit Penha ini dipadati bangunan tua, jalan dan gang-gang sempit, tapi urusan kebersihan tetap dijaga. Dan lagi-lagi, di jalan sekecil itu, tidak ada macet di sana. 

Tepat di samping gereja di atas bukit, ada sebuah taman kecil yang waktu itu hanya terlihat beberapa orang ibu sedang bersantai. Dari sana kita akan melihat Macau Tower dalam posisi paling pas buat difoto. Seandainya aku pandai memotret, sudah pasti hasilnya akan sangat bagus. Nah, dengan modal kamera pas-pasan dan lack of photography technique, inilah Macau Tower hasil jepretanku.
 
Macau Tower from top Penha Hill
Oke, pukul sembilan lebih. Itu artinya kami harus tancap gas menuju hotel buat check out. Lain kali kalau ke Macau, jangan lupa buat mendaki Penha, ya.

3 comments:

  1. Wah senangnya bisa jalan jalan ke Macau. Hiehiehiehie Jadi ingat sama tulisannya mba Una
    Duh duh kangen mau mampir ke blognya
    Hhiehiehiehiehihee

    ReplyDelete
  2. Hahaha... andai waktu banyak pengen naik ke sana lagi. Penasaran sama suster yang bisa Bahasa Indonesia yang diceritain Pak Alan itu...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...