Alkemis itu mengambil buku yang dibawa seseorang dalam
karavan. Membuka-buka halamannya, dia menemukan sebuah kisah tentang
Narcissus. Alkemis itu sudah tahu
legenda Narcissus, seorang muda yang setiap hari berlutut di dekat sebuah danau
untuk mengagumi keindahannya sendiri. Ia begitu terpesona oleh dirinya hingga,
suatu pagi, ia jatuh kedalam danau itu dan tenggelam. Di titik tempat jatuhnya
itu, tumbuh sekuntum bunga, yang dinamakan narcissus.
Tapi bukan dengan itu pengarang mengakhiri ceritanya. Dia
menyatakan bahwa ketika Narcissus mati, dewi-dewi hutan muncul dan mendapati
danau tadi, yang semula berupa air segar, telah berubah menjadi danau airmata
yang asin.
"Mengapa engkau menangis?" tanya dewi-dewi
itu.
"Aku menangisi Narcissus," jawab danau.
"Oh, tak heranlah jika kau menangisi
Narcissus," kata mereka, "sebab walau kami selalu mencari dia di
hutan, hanya kau saja yang dapat mengagumi keindahannya dari dekat."
"Tapi... indahkah Narcissus?" tanya danau.
"Siapa yang lebih mengetahuinya daripada engkau?"
dewi-dewi bertanya heran.
"Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi
dirinya!"
Danau terdiam beberapa saat. Akhirnya, ia berkata:
"Aku
menangisi Narcissus, tapi tak pernah kuperhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di dekat tepianku, aku bisa melihat, di
kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri."
"Kisah yang
sungguh memikat," pikir sang alkemis.
*Novel Alkemis adalah novel yang kubaca hampir 7 tahun lalu, tapi masih membekas sampai hari ini.
Jadi pengen baca juga novel itu. :D
ReplyDelete