Source: click here |
Aku
mau cerita pengalaman hari ini, sebenarnya awalnya menyebalkan, tapi berakhir
bahagia. Ceritanya aku tadi main ke Jambu Dua Plaza, niatnya mau jual laptop ke
konter. Tapi udah singgah di tiga konter, mereka nawarnya di bawah 4 juta
semua, karena dihargain sama kayak barang second.
“Walaupun saya tau ini barang baru, tapi kalau segel kardusnya udah dibuka, jatuhnya second, saya jualnya harga second.”
“Wah, kenapa dijual, Mbak? Sayang atuh laptop bagus.”
“Aduh, kalau saya beli sesuai penawaran Mbak, nanti saya jualnya gimana, Mbak? Kan harga second jadinya. Daya beli masyarakat kita jarang-jarang Mbak yang nyampe sono. Mending dijual di OLX atau Berniaga aja, pasti bisa kejual mahal.”
Hfft...baiklah,
daripada terjual dengan harga yang super jauuuh....mending aku pulang aja. Syukurnya
kakak temenku juga mau ngejualin. Sayangnya saat ini dia masih pelatihan selama
2 minggu di Jatim, akhirnya kuputusin buat nawarin ke teman-teman blog aja
dulu. Dan alhamdulillah, sudah di-booked. Harganya juga nggak kumahalin, jauh
di bawah harga pasaran. Di Jambu Dua juga belum banyak dipajang, kebanyakan
emang laptop-laptop di bawah 3,5 juta yang laris manis. Emang sih, daya beli
orang kita rata-rata emang segitu. Aku sendiri waktu cari laptop juga nyari
yang kisaran segitu.
Nah,
jadi selama perjalanan pulang—naik angkot, sambil sedikit kesal, aku duduk
dengan wajah cemberut di samping temanku. Tepat di depan kami, duduk tiga orang
laki-laki paruh baya berwajah bule yang asik ngobrol. Tak beberapa lama, masuk
lagi cewek imut—sekitar umur 15 atau 16—dan dia duduk di antara ketiga bapak
itu.
Angkot
pun melaju. Kita sibuk dengan gadget masing-masing. Salah satu bapak menelepon
dengan bahasa yang membuat otakku berlompatan. Tentu saja bukan bahasa Inggris.
“Kok kayaknya familiar banget, ya?”
Lantaran aku nggak mau dikatain sotoy, jadi lebih memilih diam. Tak sampai lima menit,
salah satu bapak berkata:”Indonesia bagus” pada cewek imut di sampingnya.
“Can you speak english, Sir?” tanya si cewek
Si
bapak itu mengode kalau dia tidak bisa berbahasa Inggris, kemudian menunjuk
satu temannya yang duduk tepat di depanku, ia sedikit berekspresi seolah-olah
mengatakan bahwa temannya itu bisa english.
“Where do you come from?” si cewek kembali bertanya.
Laki-laki
paruh baya itu sedikit tampak bingung, untungnya temannya langsung menyaut: “Turki”
“Ha, Turki, Istanbul.”
What?
Turki? Suerrr deh, itu rasanya something banget. Temanku spontan berteriak “Turki?!!”
Salah
satu bapak tertawa ‘Yes, Turki’
sambil memukul gemas temanku dengan selembar uang sepuluh ribunya. Ingin sekali
aku bertanya ‘adin ne?’ atau ‘Endonezya seviyor musunuz?’, sayangnya
semua kalimat itu error. Tak ada yang kuingat. Sementara mereka sudah meminta
Pak Supir untuk berhenti.
Mereka
berlalu keluar sambil mengucapkan ‘Selamun Aleykum’. Saat itu juga aku pengen
banget teriak ke mereka:
‘Hocam, Turki cok guzel ve Turki cok seviyorum...!’
'Pak, Turki sangat indah dan aku sangat mencintainya...!'
Tapi kalimat itu hanya sampai di tenggorokan, tanpa
berani kuungkapkan. Padahal sebelumnya salah satu dari mereka tanpa segan
mengatakan ‘Indonesia bagus’. Hfft...it’s
okay.
Entahlah,
cintaku pada negara itu memiliki banyak alasan, bahkan terkadang aku bingung
harus dari mana untuk memulai bercerita. Ketika bertemu dengan orang Turki,
hatiku seketika berubah indah. Padahal kamu tahu betapa kesalnya aku pada semua
penjaga konter laptop di Jambu Dua. Aku punya semacam chemistry dengan bahasa
Turki, sehingga apabila ada orang yang melafalkan, rasanya ada yang
mengejutkan. Tapi aku tak punya keberanian untuk menerka, karena aku masih
kesulitan membedakan antara bahasa Turki dan bahasa Rusia saat dilafalkan oleh native people.
Turki...aku
tidak pernah tahu kapan, yang jelas, hingga kini aku masih setia mencintaimu, pada sejarah dan keindahanmu...
Kok bisa nyangkut di tenggorokan gimana? apa pelafalannya memang agak sulit?
ReplyDeleteYang benernya lupa....hihi
DeleteRasanya semuanya ngeblank!
seru banget ya..itu bukan kebetulan..jgn jual apa2 di jambu dya, gak bener ga beres
ReplyDeleteIya mak bener, gila mereka ngebanting harga seenak jidat aja :(
DeleteHiii grogi ya mbak :) jadi buyar deh.. Sayang jadi gak kenalan :p
ReplyDeleteHihi....nggak niat juga buat kenalan Mbak. Soalnya bapak-bapak semua. Pengen ngomong aja kalau Turki bagus banget and aku cinta banget.... hihi
Deleteaiih... ada alasan khusus mengapa Shofi mencintai Turki tidak?
ReplyDeleteNomor satu sih karena sejarah Ottoman Mbak ^_^
Delete