Sunday, 24 February 2013

Beyond The Inspiration-Felix Y. Siauw


" Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, "ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukan terlebih dahulu, Konstatinopel atau Roma? Rasulullah saw menjawab," Kota Heraklius ditaklukkan terlebih dahulu" (HR. Ahmad).

Apa kabar sahabat semua? Semoga masih berada dalam keistiqomahan kepada-Nya. Amien

Baiklah sahabat, untuk kali ini saya kembali lagi dengan sebuah review buku. Dengan begitu saya berharap akan menampah pundi-pundi amalan saya kepada Allah swt. Amien

Sudah ada yang pernah mebaca buku Beyond The Inspiration karya Ustadz Felix Y.Siauw? bagi yang sudah, semoga bisa mengambil manfaat dan pesan yang luar biasa dari buku ini. Bagi sahabat yang belum sempat membacanya, semoga ulasan singkat saya bisa membantu dan mendorong sahabat untuk segera memilikinya. Saya sendiri mendapatkan buku spesial ini dari hadiah memenangi perlombaan cerpen islami yang diadakan oleh Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB, selain buku ini saya juga mendapatkan beberapa buku luar biasa lainya. Alhamdulillah...

Mungkin nama Ustadz Felix sudah tidak asing lagi terdengar, jam terbangnya yang seabrek mulai dari undangan lokal hingga dunia internasional. Saya semakin mengagumi beliau, saat Usatdz Fatih Karim -yang saat itu sebagai pembicara disebuah seminar yang saya ikuti-menceritakan bagaimana perjuangan Ustadz Felix menemukan kebenaran Islam. 
Okay sahabat, kita langsung saja membahas buku prestisius ini. Hmm... untuk buku yang ada digenggaman saya adalah cetakan ke-7, cukup membanggakan ya? Penasaran kan apa sebenarnya yang diulas disana?

Al Fatih menyemangati pasukan lautnya
Yaps, buku ini membahas tentang banyak hal. Motivasi, nasehat, hingga renungan langkap ada di dalamnya. Secara keseluruhan, buku ini ingin mengingatkan kepada semua pembacanya, bahwa Islam itu adalah agama besar, pernah menguasai sepertiga dunia, pernah dihormati,pernah memiliki peradaban terbesar dan terhebat serta memberi kontrubusi yang tak terhitung nilainya di berbagai bidang. Namun pada saat ini, kebanyakan manusia tidak lagi mengingat Islam sebagai inspirasi yang membuat ummatnya berdiri tegak di hadapan ummat lain, namun sebaliknya Islam lebih terkenal dengan ummat yang pesakitan, lemah dan mudah di kacau balaukan. Kaum muslimin sendiri seolah telah kehilangan jati dirinya, pesimis dan mudah diperdaya.

Mengapa demikian? Karena ummat Islam saat ini tidak mengikuti jalan yang telah di buka lebar oleh para Muslimin terdahulu. Ada hal-hal yang ada pada ummat terdahulu namun tidak dimiliki oleh ummat masa kini. Nah, sebagai contoh Ustadz felix mengambil sejarah penaklukan Konstatinopel oleh sang Panglima Muhammad Al-Fatih. Siapa yang tidak pernah mendengar nama yang telah menuliskan sejarah begitu mengagumkan bahkan membuat seluruh dunia menggelengkan kepala, takjub. Ya, sang panglima dengan kayakinan total menyatakan mampu menaklukkan Konstatinopel. 

Tahukah sahabat apa yang menyebabkan Muhammad Al-Fatih sebegitu optimis? Karena ia memiliki iman yang sempurna kepada Rasulullah, ia mempercayai Rasulullah secara total. Saat Nabi saw mengatakan bahwa Kota Heraklius (Konstatinopel) akan ditaklukkan terlebih dahulu, Al-Fatih mengunci ucapan itu di dalam hatinya, menjadikanya kekuatan yang luar biasa. Benar sahabat, sang panglima dan orang-orang terdahulu menjadikan bisyarah Rasulullah sebagai jaminan yang dipercayai tanpa ragu sedikit pun. 

Dan akhirnya, sejarah membuktikan bahwa Al-Fatih mampu melakukanya, bagaimana perjuangan ia dan pasukanya memindahkan  72 kapal perang dari Selat Bosphorus menuju Teluk tanduk melalui perbukitan Galata sejauh 1,5 km dalam waktu satu malam, ia menjadikan gunung-gunung seperti ombak yang membawa kapal-kapal berlayar, tak ada yang sanggup berfikir sajauh itu, musuh pun tak ada yang mampu menyangka. Namun sang Panglima yakin dengan tujuanya, ia yakin dengan ucapan Rasulnya. 

Rute pemindahan kapal melewati perbukitan Gilata
Nah, itulah yang dimiliki muslim terdahulu. Mereka sangat mempercayai apa yang tertulis dalam Al-qur’an dan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah. Dan, inilah yang tidak dimiliki oleh muslim masa kini. Muslim masa kini kehilangan inspirasi, bahkan mempertanyakan apa yang telah jelas di dalam Al-qur’an dan Hadist.

Bagaimana sahabat? Buku yang sungguh luar biasa bukan? Buku yang menjadi pengingat kepada seluruh muslim bahwa kita ummat besar dan memiliki inspirasi yang besar. Yang mana dengan inspirasi itu, kita bisa menjadi satu-satunya ummat paling berperadaban di Dunia. Semoga sahabat berkesempatan membacanya dan meraup manfaat yang bertebaran disetiap lembar dan kata-katanya. Semoga muslim bisa bangkit dan kembali memimpin dunia dengan kedamaian dan keimanan kepada Allah swt. Amien...

Friday, 15 February 2013

BETINA


Namaku Rian, kata orang wajahku tidak kalah tampan dengan Leonardo d’caprio, kulitku pun sudah tentu putih bersih, di tambah dengan postur tubuh yang tinggi atletis membuatku dengan mudah sekali diterima bekerja pada sebuah Restoran terkenal sebagai... Pelayan Restoran milik mereka tentunya. Setiap hari aku harus memasang wajah manis dengan senyum simetris kepada semua orang, berbasa-basi ini dan itu, dan berpura-pura menjelma bagai seorang lelaki yang begitu ramah dan santun. Padahal aku lebih pantas memainkan peran Jack Dawson di Film Titanic daripada Leonardo D’Caprio. Dia kan sedikit lebih pendek, hehe...
            Ketika itu jam 23.45 WIB, diluar sedang gerimis, aku sesekali melongok keluar kaca melihat orang yang berlalu lalang semakin sepi. Tapi, wanita itu belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan meninggalkan restoran ini. Ya...Seorang wanita yang menurutku sudah berumur 30-an. Entah kenapa, ia tak juga mau beranjak, padahal sudah hampir empat jam ia duduk disana. Sesekali ia terlihat resah ketika melihat jam tanganya.
Restoran ini benar-benar sudah kosong pengunjung, tepat jam 24.00 adalah jadwal untuk off dan buka kembali besok malam. Teman-temanku yang lain juga terlihat sedang membicarakan wanita itu. Akhirnya, setelah alarm jam 24.00 berbunyi, aku memberanikan diri menghampirinya dengan niat ingin meminta secara hormat agar ia meninggalkan restoran ini.
“Iya mas saya tau, saya memang harus pergi. Ia telah berjanji akan menemuiku malam ini pukul 19.00 di sini. Tapi ia ingkar”  Katanya sebelum sempat aku mengucapkan niatku, wanita itu meninggalkan aku sambil menangis. Aku hanya manggut-manggut, setia sekali wanita itu menunggu suaminya. Sungguh membuatku berdecak kagum, seandainya saja wanita itu masih seumuran denganku pasti aku langsung membawanya ke penghulu. Kapan lagi dizaman seperti ini mendapatkan wanita setia? 
Beberapa minggu setelah itu, aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang kutebak berumur 40-an. Ia dan dua orang anak laki-lakinya yang kemudian ku tau berumur 12 dan 7 tahun, berkunjung ke restoran ini pada pukul 20.15 WIB. Mereka memesan seporsi Ayam saus Prancis dan tiga gelas jus Avocado. Bapak itu begitu ramah, ia mengenalkan kedua anak lucunya.
            “ Lho... Ibunya kok gak ikut pak?” Tanyaku
Bapak itu diam sejenak, memandangi kedua anaknya yang sibuk dengan makananya masing-masing, tersenyum.
            “ wanita selalu menomor satukan uang dalam segala hal anak muda. Bahkan mereka tak sanggup walau disuruh bersabar sedikit waktu saja. Ya, susan meninggalkan kami dan memilih laki-laki yang lebih menjamin keinginanya, dua tahun yang lalu. Hingga sekarang ia bahkan tak mengingat jika ia meninggalkan dua orang anak dan aku yang masih setia menunggunya”
Deg...!!! aku sungguh terharu mendengar kisahnya.
Setelah menyelesaikan makanya, bapak itu memanggilku sebelum meninggalkan restoran, ia memperlihatkan sebuah foto berukuran 5R dari dompetnya..
“Ini susan, istriku. Cantik bukan? Ia memang selalu cantik. Jangan mencari istri yang hanya memiliki paras yang indah anak muda” ucapnya menasehatiku. Tapi, bukan nasehatnya yang membuat jantungku berdetak kencang, melainkan wajah wanita di foto itu. Aku seperti pernah melihatnya, dan benar sekali itu adalah wanita bergaun merah yang duduk di sudut restoran ini hingga pukul 24.00. Oh tuhan... baru kemaren aku memuji-muji nya sebagai seorang wanita yang luar biasa setia, ternyata??? Ia memang setia pada selingkuhanya. Wah...wah...Lagi-lagi Betina.

"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan olehMayya dan Miss Rochma."


Betina




Hari itu tugasku adalah menjaga kasir, sebenarnya ini adalah tugas yang paling kubenci.
Tiba-tiba, seorang wanita menghampiriku. Ia menampilkan wajah kesal yang sangat dalam, matanya merah dan terlihat ada genangan air yang hampir tumpah didalamnya.
“ Ada yang bisa saya bantu mbak?”
“Saya hanya ingin bertanya padamu. Apa aku ini kurang cantik dan seksi?” kini air matanya benar-benar jatuh membanjir.
Aku memperhatikan wanita yang ada dihadapanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia sungguh terlihat seksi. Kalau masalah kecantikan ku akui ia tak kalah cantik dengan Kate Winslet, siapa lagi kalau bukan pemeran Rose dalam film Titanic. Yaa... cocoklah dengan aku yang lebih tampan dari Leonardo D’Caprio ini.
 “ Kalau penilaian saya, mbak cantik dan seksi. Kenapa mbak? Mau ikut ajang Miss Indonesia ya?”
“ Bukan. Aku hanya tak habis pikir dengan laki-laki yang menjadi kekasihku saat ini. Masa’ wanita sempurna seperti aku ini masih juga disia-siakan olehnya. Kau tau, aku menunggunya selama hampir tiga jam di sini.” Cerocosnya dengan nada tinggi dan wajah geram
“Mungkin ia masih ada urusan lain mbak” Aku mencoba membela laki-laki yang dimarahinya. Biar bagaimanapun, aku juga laki-laki. Hanya aku lebih sejati... hehe
Hah... Persetan dengan urusan ini dan itu. Jika mementingkan hal itu, kapan ia bisa membuatku bahagia. Dasar laki-laki tak tau di untung...!!! masih mending aku mau denganya”
 “Lihat saja nanti, aku akan memutuskanya. Bahkan aku bisa membuatnya berlutut di kakiku” Umpatnya dengan raut wajah marah sempurna.
 “Kau lihat nanti ya...Aku akan membuatnya benar-benar seperti pengemis, aku akan menamparnya...!!!” katanya dengan mengepalkan tangan.
Wanita itu terus memaki-maki, tapi kini pandanganku tertuju pada seorang laki-laki yang baru saja masuk ke restoran ini. Laki-laki dengan postur tubuh tinggi, atletis, tampan-masih selevel Orlando Bloom-, dan tentunya berpenampilan waw dengan kemeja putih garis. Di tangan kirinya tersampir sebuah jas hitam, sedangkan tangan kananya menggenggam rangkaian bunga mawar merah. Wanita mana yang tidak klepek-klepek melihatnya.
Laki-laki tadi terlihat melihat keseluruh ruangan, mencari sesuatu atau lebih tepatnya seseorang. Kemudian ia memandang ke arah meja kasir tempatku sekarang berdiri. Laki-laki tadi langsung berjalan ke arah kami sambil tersenyum. Satu langkah lagi ia akan menabrak wanita yang kini menghadap kearahku, aku mau mengingatkanya. Tapi, justru laki-laki tadi memeluk wanita itu dari belakang. Memperlihatkan rangkaian bunga yang di bawanya. Wanita itu terlihat kaget, tapi kemudian matanya langsung berbinar saat melihat bunga.
“Kamu keterlaluan” kata wanita itu dengan wajah murung.
“Maaf sayang...Kamu tau, aku baru saja ada urusan lebih penting” laki-laki tadi memberikan alasan sambil meletakkan dagunya di pundak wanita itu.
“ Lalu aku tidak penting?!!”
“ Tentu saja kamu penting, bahkan kamu lebih penting dari diriku sendiri. Oleh karena itu, aku baru saja menandatangani kontrak senilai 5 Triliun. Aku akan mengajakmu ke Eropa winter depan” jelasnya
Mendengar ucapan laki-laki tadi, wanita itu langsung berbalik arah dan memeluk laki-laki itu erat. Wah, lucu sekali seorang wanita. Baru semenit yang lalu ia mengatakan akan memutuskan, menampar, dan membuat kekasihnya berlutut di kakinya. Tapi sekarang, justru ia sudah kembali cinta mati saat melihat bunga, mendengar uang dan Eropa. Cinta...Inikah? oh lagi-lagi betina.

"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan olehMayya dan Miss Rochma."

Thursday, 7 February 2013

Kisah Thariq Bin Ziyad : Sang Penakluk Spanyol (Andalusia)




Thariq bin Ziyad adalah Panglima Besar Islam pada masa Daulah Umayyah. Pada tahun 711 M, Gubernur Afrika Utara yang bernama Musa bin Nusair memerintahkan Panglima Perang Tariq bin Ziyad untuk menaklukkan Andalusia. Dengan gagah berani Tariq bertempur dan menaklukkan kota-kota di Andalusia. Dalam waktu singkat ia berhasil menguasai lebih dari setengah wilayah Andalusia.

Sejarah Penaklukan Spanyol (Andalusia)

 
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama Asia, Afrika, dan Eropa pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.


Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.


Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.


Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.

Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.

Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.


Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.

Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua mati syahid!”


Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.


Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah Subhana Wata'ala, satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.


Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.


Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.


Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah Subhana Wata'ala. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.


Percayalah, sesungguhnya Allah Subhana Wata'ala. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ditaklukkan di bawah bendera Islam.”

(Subhanallah, demikian kata-kata pembangkit semangat yang dilontarkan sang pemimpin perang  yang gagah berani Tahriq Bin Ziyad. Untaian kata yang menggugah semangat prajuritnya untuk siap berperang melawan musuh)

Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.

Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.

Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.


Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.

Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq membagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.
 
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).

Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.

Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah Subhana Wata’ala  tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.




Hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini (torehan KIAT) :
  1. Kisah ini menunjukkan keperkasaan dan keberanian seorang pemimpin dalam memimpin prajuritnya.
  2. Menunjukkan sosok pemimpin yang menanamkan rasa optimisme kepada prajuritnya untuk memenangkan pertempuran di medan perang.
  3. Pertolongan Allah akan seantiasa datang kepada hamba-hambanya yang bersabar dan ikhlas dalam memperjuangkan agamanya.
  4. Pertempuran sengit terjadi pada bulan Ramadhan, merupakan pertanda bahwa bulan Ramandhan memiliki keutamaan. Salah satunya keutamaannya adalah pada Bulan ini Umat islam banyak mengukir prestasi dan memenangkan peperangan (seperti perang Badar yang terjadi pada Bulan Ramadhan)
  5. Jumlah prajurit lebih sedikit dibandingkan dengan musuh  mampu menaklukkan musuh dengan karena dibekali dengan semangat yang berkobar serta kecerdasan/kecerdikan dalam memainkan taktik perang. 

Sumber : dakwatuna.com serta referensi lain

Wednesday, 6 February 2013

Titip Rindu Untuk Ibu

Dulu, aku juga sering naik di depan sepeda Ibu seperti ini
Bunda,
Saat kami bayi, engkau orang terakhir tidur setelah dunia lelap,
bahkan boleh jadi tidak tidur, agar kami bisa nyenyak.
Dan engkau pula yang pertama kami lihat saat terjaga.

Bunda,
Saat kami kanak-kanak, engkau orang terakhir yang putus rasa sabarnya,
bahkan boleh jadi tidak pernah, walau orang2 lain telah jengkel setengah mati
Dan engkau pula yang pertama membesarkan hati.

Bunda,
Saat kami gagal, engkau orang terakhir yang berputus asa,
bahkan boleh jadi tidak pernah, meski seluruh dunia sudah berhenti berharap
Dan engkau pula yang pertama menghibur.

Bunda,
Saat kami sakit, engkau orang terakhir yang bertahan menemani,
bahkan boleh jadi tidak pernah pergi, meski sekitar telah kembali sibuk
Dan engkau pula yang pertama berbisik kabar kesembuhan.

Bunda,
Saat kami ragu2, engkau orang terakhir yang hilang keyakinan,
bahkan boleh jadi tidak pernah pergi, meski sekitar telah menyerah
Dan engkau pula yang pertama berbisik tentang janji-janji.

Walaupun,
Saat kami besar, boleh jadi engkau orang terakhir yang kami hubungi,
bahkan boleh jadi tidak pernah, karena alasan sibuk atau apalah

Walaupun,
Saat kami bahagia, boleh jadi engkau orang terakhir yang tahu,
bahkan boleh jadi benar2 amat terlambat, karena alasan tidak sempat atau apalah

Bunda,
Di antara bisik doa-doa-mu, sungguh terselip beribu nama kami
Dan boleh jadi itulah yang membawa kami hingga seperti hari ini
Engkau orang terakhir yang akan berhenti mendoakan kami,
bahkan boleh jadi tidak pernah berhenti, hingga akhir hayat.
Dan sungguh, Engkau pula orang pertama yang mengucapkan kata Amin bagi kami.

Puisi di atas adalah puisi yang kuambil dari status facebook nya Bang Tere Liye dan merupakan sebuah puisi dari Novelnya yang berjudul 'Moga Bunda Disayang Allah'. Cobalah baca barang sekali dua kali lagi, ada haru dan rindu yang menyusup dalam dada, ya rindu kepada ibunda.

Untuk aku yang bertahun-tahun hidup jauh dari orangtua tentu merasakan sekali betapa puisi ini seolah mewakili segala yang ada dalam rongga dada, semua rindu tentang ibu yang selama ini menggumpal dan semakin menyesak rasanya. Ibu, dialah satu-satunya wanita di Dunia ini yang mencintai kita dengan sempurna, sebuah cinta yang sempurna tanpa mengharap apa-apa. Adakah wanita lain yang sesempurna Ibu dalam mencintaimu? Adakah wanita yang terus menerus mendo'akanmu bahkan disaat engkau lupa berdo'a untuk dirimu sendiri? tak ada sahabat, dialah satu-satunya.

Sudah beberapa bulan aku tidak pulang kampung, bukanya aku tak mau tapi dikarenakan masalah finansial yang setelah kuhitung-hitung tidak akan cukup. Jadi, daripada aku meminta uang ke Orangtua, lebih baik aku tahan keinginanku untuk pulang. Hari ini, saat aku menuliskan kalimat demi kalimatku di sini, rasa rindu itu terasa begitu kuat. Aku merindukan mereka nun jauh di Sumatra sana, di tepian Sumatra lebih tepatnya. Terbayang suasana kampungku yang sederhana sekali, wajah ibu tersenyum meski aku tau saat itu ia sangat lelah. Ibuku belum pernah melihat suasana kota sama sekali, masuk Mall apalagi. Kebun kelapa adalah kota baginya, dengan kebun kelapa itu dia menggantungkan harapan untuk masa depan anak-anaknya, aku dan adikku.

Ibu, seperti janjiku dulu sewaktu aku akan berangkat ke Kota Hujan ini, Aku tak pernah melupakanya. Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mempersembahkanya padamu, juga pada Bapak dan adik. Keras memang hidup jauh darimu, terkadang aku bingung untuk melangkah, tak jarang aku ikut terseret arus yang datang begitu laju. Aku bersyukur lahir dari rahimmu, dari sepasang pasangan yang sederhana di ujung sana karena dengan begitu aku bisa mensyukuri nikmat dari-Nya.

Bogor, 7 Februari 2013

Ray, inilah 9 hariku itu- Suka Duka Diksar Resimen Mahasiswa


Saya dan Menwa
Ray, sepertinya kau kesepian selama 9 hari ini. Maaf aku tak sempat untuk sekedar menjenguk dan menyapamu barang sejenak. Kau tau, selama hari-hari itu aku bahkan seperti hidup di neraka saja, serasa aku ingin mengambil tali dan gantung diri di lemari. Belum habis pegal-pegal disekujur tubuhku akibat latihan 3 hari di Pusat Pendidikan Zeni, kini harus bertambah 9 hari lagi, bahkan kali ini harus menginap. Jadi, kau tak usah marah lah karena untuk sejenak aku melupakanmu.

Tapi, jika kau masih tetap ngoyo ingin mendengar alasan mengapa aku meninggalkanmu tanpa kabar selama itu, baiklah. Akan kujelaskan panjang lebar agar tak ada dusta di antara kita. Kau tau Diksar untuk masuk ke dalam Organisasi Resimen Mahasiswa kan? Ah, kau pasti tidak tau. Bukankah selama ini kau hanya berkutat dengan tulisan dan tulisan, mana mungkin kau mengerti masalah militer. Nah, jujur ray. Aku terpaksa sungguh sangat terpaksa mengikuti Diksar ini karena diwajibkan oleh Profesor Bintoro, Ketua Program Keahlianku. Kau pasti tau, selama ini aku sangat benci dengan olah raga apalagi bina fisik. Aku bisa makin kurus jika harus lari di tengah hari. 

Aku juga paling benci dibentak-bentak dan diperintah mengerjakan sesuatu dengan limit yang singkat sekali. Membayangkanya saja aku sudah mau muntah. Seperti semua curahan hatiku padamu, bahwa aku mencintai sastra bukan Dunia Tentara. Aku selalu membayangkan diriku berada disebuah Auditorium dan duduk manis memaparkan buku-bukuku, menandatangani buku-buku yang akan dibeli oleh pembaca setiaku. Bukan seorang aku yang berpakaian seperti laki-laki dengan senjata SS1 di tangan, Sepatu PDL yang berat, dan embel-embel lain yang membuatku terlihat semacam seorang Wonderwoman. Latihan semacam ini tak akan ada gunanya untukku. 

Tapi, kau tau lah konsekuensinya jika aku tidak mengikuti kegiatan ini, bisa-bisa nilai Pendidikan Bela Negaraku berada di bawah standar, dan tentunya aku harus tetap mengikutinya di semester depan. Jadi, lebih baik aku bersusah-susah sekarang lalu berhappy-happy kemudian.

Ray, kau masih diam saja? Okay, barangkali penjelasanku belum cukup membuatmu faham. Meski begitu, aku akan tetap melanjutkan ceritaku. Kau tak melihat kobaran api dimataku ray, pertanda aku sangat membenci 9 hari itu? Ah, kau mana tau tentang kobaran api yang ada di mata itu, itu majas ray. Katanya sih majas itu bisa membantu kita mengungkapkan sesuatu yang sulit di ungkapkan. Baiklah, tak usah kita membahas tentang majas-majas lagi, aku takut kau semakin pusing. Selama 9 hari Diksar, aku di latih oleh belasan TNI-AD di Bataliyon Infanteri 315 Garuda ray. 

Wuih, seharusnya aku bangga bisa tinggal beberapa hari di Bataliyon ternama. Tapi, aku tak bangga sama sekali ray. Kau tau, aku dan ke-22 temanku harus jalan kaki dari kampusku yang berada di Cilibende menuju bataliyon yang jaraknya jauh sekali, dengar-dengar istilah jalan jauh itu adalah long march. kakiku lecet dan perih ray. Kau tak sedihkah mendengarnya? Belum lagi panas dan polusi akut ditengah jalan raya. Aku semacam frustasi, ingin menangis tapi takut dibilang cengeng. Dan, kau tau apa yang terjadi selanjutnya? Sesampai di gerbang, kami langsung disambut dengan bentakan-bentakan dan muka garang, ingin rasanya kucakar-cakar para TNI yang kasar-kasar itu. Belum usai penderitaanku ray, kami harus jalan jongkok sambil menyanyikan lagu Syukur. 

Bisakah kau membayangkan betapa sakitnya kaki ini setelah perjalanan jauh kemudian dilanjutkan dengan jalan jongkok, apalagi diiringi dengan lagu Syukur. Ah, aku merasa seperti tawanan perang yang hinaaaa sekali. Aku marah setengah mati, dan itu hanya bisa kupendam rapat dalam hati hingga terasa sakiitt ray. Dan, selanjutnya dilanjutkan dengan Upacara pembukaan yang panasnya minta payung. Masalah upacara, kau tau sendirilah. Aku sejak kecil tidak memiliki skill untuk berdiri diam dengan tempo yang lama, apalagi jika cuaca panas. Sudah dipastikan aku akan bisa melihat puluhan kunang-kunang menari-nari memutari kepalaku, jika sudah seperti itu pandanganku akan kabur, wajah para pelatih yang ganteng-ganteng bak Leonardo D’caprio pun jadi semacam tak ada bedanya dengan wajahnya om Sule. 

Kau sudah mampu menyimpulkan kejadian selanjutnya? Apa? Belum? Ah, payah kau Ray, kau kurang peka sekali. Aku memang belum sampai pingsan, tetapi aku mundur dari barisan. Terserahlah mereka mau menyimpulkan apa, kalau tidak percaya mangga tanya sama ibu ku dikampung tentang hal ini. Ray? Kenapa kau masih saja diam? Apa penjelasanku belum cukup? Oh iya, barangkali kau membutuhkan cerita yang sempurna. Sesempurna cintaku padamu. Ciehh...

At the Last, I completed it

Ray, jika aku ceritakan kronologis kegiatanku dari jam ke jam, kurasa butuh ratusan halaman untuk menyelesaikanya. Jadi, aku harus meng-compress nya. Tak apa kan? Okay ray,aku ingin bertanya sesuatu, kau pernah memakan muntahan temanmu kah? Belum? Pasti belum. Kau mau tau rasanya? Rasanya sama saja dengan nasi biasa ray, hanya terasa sedikit berlendir saja. 

Nah, kita harus menghabiskan muntahan teman akibat dia tidak bisa makan dengan waktu cepat. Untung saja aku bisa melewatinya. Masalah makan cepat, syukurnya aku tidak mempermasalahkanya. Aku jalani semuanya dengan biasa saja  selagi aku mampu. Selama disana, aku tak banyak bicara. Yah, mungkin karena memang aku sama sekali tak bernafsu mengikuti kegiatan ini, kau tau lah bagaimana aku. Apalagi, aku kan seorang pendiam dan kalem ray (tepok jidat).

Kau mau tau apa lagi hal-hal yang paling menyiksa selama disana? Senam senjata. Ini bukan bicara tentang senjata yang sama seperti milik adikku ray, yang apabila kugunakan untuk melempar semut, bukanya semut itu mati tapi malah menertawakanku. Ini beda ray. Senjata SS1 P3 namanya. Beratnya 3,8 Kg. Bayangkanlah jika kamu harus memegangnya dengan satu tangan dan mengangkat tinggi-tinggi dalam waktu lama plus dibawah terik matahari. Rasanya sudah pasti sakit, tapi ternyata ada yang lebih sakit lagi, yaitu hati ray. 

Aku ingin menangis, seolah menyalahkan jalan hidupku. Tak pernah aku membayangkan diriku seperti saat itu, aku memang suka berpetualang, tapi aku benci penyiksaan. Ya, bagiku semua itu adalah penyiksaan lahir batin ray. Walau pada akhirnya aku memahami esensinya. Hal yang terberat lainya adalah lari maraton di siang bolong, tidak jauh, hanya 3 kali putaran lapangan, tapi rasanya cukup membuat aku semacam sekarat (lebay). Kemudian, setelah melewati 4 hari 4 malam di Bataliyon, kita move menuju Situ Gede. Perjalanan cukup jauh, aku juga lupa bertanya berapa kilometer perjalanan saat itu. 

Di tengah perjalanan, kita diperintahkan berguling dilumpur, lumayanlah untuk mendinginkan badan. Walau, akhirnya malah tubuhku tidak bisa menerima keadaan. Ya, penyakit lamaku tiba-tiba mengunjungiku kembali. Kau tau ray, aku sakit apa saat itu? Ah, mana pernah kau perduli padaku. Aku tak tau pasti nama penyakitnya, yang jelas badanku gatal seperti digigit nyamuk. Tapi, kau tau ternyata ada hikmah dibalik itu semua. Karena penyakit itu, aku disuruh berjemur menghangatkan badan, sementara teman-temanku mendapat hadiah segelas jus sirsak. 

Kau pasti sudah membayangkan segelas jus manis dan segar bukan? wah bukan itu ray, jus sirsak varian baru rupanya. Yup, segelas air yang di estafet kan dari satu teman ke teman lain dengan syarat setiap orang harus berkumur-kumur dengan air tersebut dan membuang air kumuran itu kembali kedalam gelas, begitu seterusnya. Kau sudah bisa membayangkan sendirilah bagaimana wujud air dalam gelas itu. Nah, itulah segelas jus sirsak varian baru yang wajib dikembangkan saat masa orientasi mahasiswa baru (semacam dendam).

Selama di Situ Gede, kita menjalani berbagai kegiatan yang sangat padat ray. Masalah tidur, kita membuat tenda sederhana. Jangan kau kira, ini sama mengasyikkan dengan camping. Aku sering kedinginan selama disana, ya... karena sering disuruh nyebur ke Danau. Bajuku pun lebih sering kering di Badan. Ada satu kegiatan yang membuatku keki setengah mati, namanya Caraka malam. Ya, kita dibangunkan pada jam 22.00, selanjutnya dipanggil satu persatu, diamanahi sebuah berita lalu dilepas berjalan sendirian di dalam hutan. Kau kenal aku lama ray, jadi kau pasti tau kalau aku seorang penakut stadium akhir. 

Hii... aku selalu membayangkan hal-hal yang menyeramkan mengikuti langkahku, apalagi aku ditakut-takuti bahwa hutan itu dihuni oleh seorang nenek tua yang tiba-tiba bisa memunculkan diri. Kau tau nenek gayung? Aku tidak tau ray karena aku belum nonton film itu, aku memang tidak menyukai film bergenre horor, untung saja. Karena dengan begitu, aku jadi tak bisa membayangkan seremnya si nenek gayung. Sepanjang perjalanan, kita dipandu oleh seutas tali yang dipasang sepanjang jalan, jadi gak bakalan nyasar. Di pos pertama, mataku ditutup dengan kain, pada saat itu topiku diambil oleh pelatih, padahal kita tidak boleh menyerahkan perlengkapan apapun apalagi membongkar berita kecuali pada saat finish. 

Tapi, aku tidak bisa mencegah, wong mataku aja ditutup. Kalau tau kejadianya begini, mending tu topi ku umpetin terlebih dahulu didalam baju. Setelah itu, ada pengujian indera pembau. Ya, aku disuruh menebak bau rempah-rempah yang disodorkan ke ujung hidungku. Aku sudah lama tidak memasak ray, semenjak kelas satu di Pondok Pesantren hingga sekarang. Jadi, aku sudah hampir lupa dengan bau-bau rempah itu. Beberapa yang bisa kutebak hanya aroma kunyit, sambal, dan ketumbar. Untuk sambal, aku malah disuapi dan disuruh nelan. Ah, ini biasa, tidak sulit untuk sekedar menelan sambal. 

Di pos kedua, aku diperintahkan untuk PBB, disana ada perintah “letak senjata”, tanpa pikir panjang aku langsung meletakkan di samping kakiku. Yah, sebuah kebodohan memang, karena senjata itu langsung diambil. Aku tidak berfikir sampai kesana. Jadilah aku melanjutkan perjalanan tanpa senjata, ini kesalahan fatal ray, kalau dalam peperangan kau bisa mati ditengah jalan. Pos tiga hanya beberapa meter lagi, namun aku dibuat tertawa oleh sesuatu. Ada pocong kurcaci yang menggantung di tali, dalam hatiku semacam mengejek si sutradara pembuat pocong. Masak ada pocong buntel kayak begitu. Sesampai di pos tiga, terkesan pos yang santai. Ada seorang temanku juga yang duduk disana. Tapi, dibalik santainya pos tiga, justru inilah pos paling munafik disepanjang perjalananku. 

Why? Karena aku tertipu hingga beritakupun terbongkar disana. Di pos itu dijaga oleh pelatih Dodi, Pelatih Kuriansyah dan pelatih Akrom. Pelatih Dodi mengatakan ini pos terakhir, dan ini dia laki-laki berjaket merah putih (pelatih Kuriansyah) orang yang disebutkan ciri-cirinya di awal agar aku membongkar berita hanya pada orang berjaket merah putih. Kemudian, hal lain yang mebuatku tidak curiga, pada pos ini kita disuruh minum dan duduk santai. Apalagi wajah pelatih Dodi dan Pelatih Akrom yang tidak ada tampang jahil sama sekali. Ah, ternyata sama saja ray. 


Ray, sebenarnya masih banyak kegiatan disana yang belum kuceritakan, tapi aku takut kau malah bosan mendengarkan. Ayolah, kau tersenyum dan maafkan aku.

Di hari ke-8, kita move lagi menuju kampus. Masih tetap dengan long march. Kali ini berhasil membuat kakiku lecet semua. Dan, akhirnya sampai juga pada hari ke-9. FREEDOM DAY. Aku benar-benar seperti masuk syurga meskipun kehidupan ini sama saja dengan hidupku yang dulu. Memang benar ray, kau takkan pernah mensyukuri sesuatu sebelum kau merasakan penderitaan.

Aku memang terpaksa mengikuti kegiatan ini, namun sekarang aku bersyukur ray atas jalan hidupku yang membawaku kesana. Aku tak pernah menyangka bisa melewati masa-masa yang bahkan aku tak mampu mengatakan sanggup walau didalam mimpi sekalipun. Dengan pendidikan itu, aku mengerti betapa sulitnya kehidupan disaat penjajahan dulu. 

Bahkan ini belum seberapa, ancaman kematian yang sesungguhnya tentu menjadi tekanan psikis yang berat sekali, bentakan, kekurangan, bau darah, dan itu semua benar, tidak hanya main-main seperti yang ku alami selama pendidikan. Aku bersyukur telah dipertemukan dengan orang-orang hebat di Menwa, yaa... Aku menyimpulkan mereka adalah orang hebat, karena tak semua orang memiliki jiwa besar yang sanggup melewati pendidikan yang penuh penderitaan, apalagi mereka mengikutinya dengan suka rela.

Ray, masih marah kah? Eh, kau tersenyum rupanya.Kau tetap cinta sejatiku ray, mana ada yang menemaniku saat suka dan duka kecuali engkau. Ray, kau catatan harianku yang paling setia, Diaryku yang paling kusayang. Ray, kau jangan marah lagi ya, karena aku kembali lagi menjengukku setiap malam sebelum aku beranjak tidur, menceritakan kejadian-kejadian yang kulalui setiap harinya, Okay.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...