Tuesday 22 October 2013

Cahaya iii: Teruntuk Adikku


Teruntuk adikku tersayang, Taufik Ilham.

Dik, Mbak menuliskan ini untukmu berharap kelak kamu akan membacanya. Dan insya Allah kamu akan membacanya. Mbak tidak bisa selalu bersamamu di kampung halaman sana, namun setidaknya dengan tulisan ini kamu akan tahu, betapa Mbak menyayangimu, betapa namamu terus Mbak sebut-sebut dalam setiap doa-doa, betapa air mata ini selalu meleleh kala mengenang dirimu. Kamu adik laki-laki Mbak satu-satunya, saudara kandung Mbak satu-satunya. Mbak bisa memastikan, di saat seluruh dunia memusuhi Mbak, kamulah yang akan tetap berdiri gagah membela Mbak, tanpa syarat apapun jua.

Sang Pecinta Lingkungan Hidup

Ya, Dik. Kamu itu adalah duta lingkungan hidup di keluarga kita. Kamu mencintai hewan-hewan dari yang sebesar gajah hingga sekecil ulat sekalipun. Mbak tak mungkin lupa dengan sifat muliamu yang satu ini.

Masih ingat nggak, ketika kamu pulang sekolah dengan membawa seekor anak kucing dekil dalam gendonganmu? Anak kucing yang katamu kau temukan di pinggir jalan sedang memeong-meong kelaparan dan kepanasan. Ah, Dik! Bahkan Mbak pernah melihat seekor kucing sekarat di tengah jalan, tapi Mbak tak punya jiwa pahlawan sepertimu.

Masih ingat nggak ketika kamu melepaskan tupai yang masuk dalam perangkap yang dipasang Bapak? Padahal Dik, kata Bapak, tupai-tupai itu hama, memakan buah kelapa kita setiap hari. Kamu malah menjawab bahwa buah kelapa memang sudah ditakdirkan menjadi makanan tupai, itu rezeki tupai, dia kan juga mau makan buat hidup. Mbak sampai tertawa geli mendengar jawabanmu.

Akhirnya, Bapak mengalah, ia membiarkanmu melepas tupai itu. Sebelumnya kau juga sempat menangis gara-gara tupai yang diberikan Bapak ke Wo Sarmin. Bapak sendiri menyuruh Wo Sarmin membunuh tupai yang didapat, karena takut kamu menangis jika tahu Bapak sendiri yang membunuh. Tapi, kamu malah memergoki saat Wo Sarmin melaksanakan eksekusi mati pada sang tupai, katamu tupai tak berdaya itu dicelup-celupkan oleh Wo Sarmin ke parit hingga mati lemas. Kamu pun seketika menangis dan memarahi Bapak.

Masih ingat nggak, ketika anak kucingmu yang memiliki belang tiga warna dengan nama comeng itu mati di bawah rumah? Ibu cerita pada Mbak, ia sampai mengubur anak kucing itu saat kamu shalat Jumat di Masjid, takut kamu melihat proses pemakamamannya. Biarpun begitu, kata Ibu, kau tetap murung hingga tiga hari kemudian. Bahkan air matamu selalu meleleh kala teringat si comeng. Ibu bahkan sampai ikut-ikutan mengeluarkan air mata, lho. Ibu bilang, Adikmu itu sudah persis ditinggal pergi manusia saja.

Masih ingat nggak, ketika kamu berangkat ke kebun bersama teman-temanmu dengan stek burung tergenggam di tangan, mau mencari burung? Tapi lagi-lagi Ibu bercerita, belum sampai lima menit, kamu sudah pulang sendirian, bilang kalau kamu tidak tega jika burung itu terkena hantaman peluru stek mu.

Masih ingat nggak, ketika Ibu menyuruhmu membunuh ulat besar yang ada di tiang jemuran? Kau kan tahu, Ibu paling fobia pada ulat, baik ulat yang kecil ataupun besar. Tapi, kau malah mengambil ulat itu dengan lembut lalu kamu pindahkan ke atas daun singkong, sambil berkata 'Hidup baik-baik, ya. Jangan main ke tiang jemuran lagi. Oke?'. Saat itu Mbak sedang liburan di rumah, jadilah Mbak tertawa ngakak melihat ulahmu.

Selain pada hewan, kamu juga mencintai tanaman. Masih ingat tidak, ketika kamu menanam bunga di halaman rumah, menyiraminya, lalu mengamatinya setiap waktu? Mbak sampai mengejekmu banci. Bagaimana, apa sekarang bungamu sudah tumbuh? Mbak lupa menanyakan ketika kamu menelepon.

Masih ingat nggak, ketika kamu masuk ke bawah kolong dapur untuk mengambil bibit paria yang tumbuh liar di sana? Ibu sampai berteriak geram, takut tubuhmu dirambati tungau. Tapi kamu tak peduli. Kamu terus mencabuti bibit-bibit itu, lalu menanamnya di tanah bakaran. Tampaknya sebelum Mbak pulang ke Bogor kemaren, pariamu sudah mulai berbuah? Sudah dipanen belum?

Technical Engineering

Nah, selain duta lingkungan hidup, ternyata kamu memiliki minat di dunia mesin. Setidaknya hal ini bisa membantah tuduhan Mbak yang mengatakan kamu banci. Hehehe

Ya, ketika ditanya tentang cita-cita pun, kamu dengan mantab menjawab, ingin kuliah mesin, jadi seperti Habibi. Mbak lihat, kamu memang memiliki bakat di sini. Kamu memperbaiki jam tanganmu yang sudah rusak, memperbaiki charger ponsel Mbak yang awalnya tak berfungsi, memperbaiki mainan-mainanmu sendiri, memperbaiki digital parabola hingga membantu mencari siaran televisi tetangga yang hilang. Mbak heran, kamu bahkan tahu alat-alat kecil yang kurang pada parabola milik bibik yang baru dibeli dan baru dikeluarkan dari kardusnya. Kamu bilang, kalau tidak ada itunya ya tidak bisa dihubungkan. Ternyata benar. Akhirnya bibik harus mencari alat kecil itu lagi.

Selanjutnya tentang mesin diesel kita yang sering bikin ulah. Kamu memang belum bisa memperbaiki diesel, tapi Mbak kagum, kamu hampir menghapal semua bagian-bagian diesel dan alat-alatnya. Kamu lebih memilih mengamati kerja orang yang sedang memperbaiki diesel kita, ketimbang main bola. Bahkan tidak mempermasalahkan walau disuruh mengambil alat ini dan itu.

Sang Juara Kelas

Untuk yang satu ini, kamu membuatku iri, Dik. Kamu selalu menjadi juara pertama di kelas mulai kelas 1 hingga sekarang, kamu sudah duduk di kelas 6. Padahal Mbak lihat kamu tak terlalu rajin belajar, walau Mbak akui, kamu memiliki kemampuan merekam penjelasan guru dengan kualitas yang sangat baik. Kemampuan menghapalmu pun membuat Mbak iri. Kamu bisa menghapal cepat.

Menyayangiku

Inilah salah satu sifatmu yang membuat Mbak selalu merindukanmu. Sayangmu pada Mbak kamu perlihatkan dengan jelas sekali, Dik. Kamu tak pernah tega memukul Mbak. Kamu selalu mengingatkan Bapak-Ibu untuk membelikan apa-apa yang Mbak suka. Ibu pernah memberimu uang jajan 2000 rupiah, Mbak tidak menyangka, uang itu kamu belikan dua bungkus mi gelas lalu kamu seduh di dua buah gelas dan memberikannya satu pada Mbak. Kamu bilang, kalau seperti inikan bisa dinikmati sama-sama. Tahukah, dik, ketika itu Mbak makan mi itu sambil menahan air mata agar tak jatuh di depanmu?

Setiap kali Mbak pulang ke kampung kita, dan sepeda motor yang dikendarai Bapak bersama Mbak terdengar bunyinya di kejauhan, kamu sudah berlari ke jalan, menyambut kedatangan Mbak. Selama Mbak di rumah, kamu selalu mengekor kemana pun Mbak pergi, berbaik hati mendengar cerpen-cerpen yang Mbak bacakan, walaupun kadangkala kamu tak paham maksud ceritanya.

Ketika Mbak berpamitan untuk kembali ke Bogor, kamu duduk sambil menahan air matamu. Dik, wajahmu ketika itu masih jelas dalam ingatan Mbak. Masih sangat jelas. Kamu Adik laki-laki, tapi tak membuatmu gengsi untuk mengeluarkan air matamu untuk Mbak. Dik, bahkan sekarang ini, saat Mbak menuliskan kalimat ini, Mbak menangis, teringat dirimu.

Setelah Mbak sampai di Bogor, Bapak-Ibu bilang, kamu terus meminta mereka menelepon. Bahkan ketika malam sebelum tidur. Ibu cerita, kamu pernah meminta Ibu menelepon Mbak jam 22.00 walau semenit saja, sekadar untuk mendengar suara Mbak. Ibu juga cerita, kamu sering duduk di pojokan ruangan, dan jika diamati, ternyata kamu sedang menangis, teringat Mbak. Suaramu yang selalu berseru 'Mbak, Eham kangen. Mbak baik-baik ya di sana' di telepon selalu terngiang-ngiang, Dik. Tak bisa hilang. Membuat Mbak selalu merindukanmu dan rumah kita.

Ulang tahunmu ke-13

3 Oktober kemaren kamu ulang tahun
Selamat ulang tahun, ya..
Maaf Mbak belum bisa menghadiahimu barang-barang spesial
Semoga panjang umur
kamulah laki-laki harapan Mbak, harapan Bapak-Ibu.
Jadi anak yang saleh, yaa...
Kita doakan Bapak-Ibu,
Kamu adalah cita-cita, Mbak
Cita-cita keluarga kita
Mbak punya mimpi untuk bisa membiayai pendidikanmu setinggi-tingginya,
Semoga Mbak bisa
Dan insya Allah, Mbak bisa!
Tetaplah jadi duta lingkungan hidup, tetap punya cita-cita tinggi, dan tetap menyayangi Mbak sepenuh hati. Terimakasih sudah menjadi Adik Mbak yang istimewa...
Bogor, 22 Oktober 2013
8:44 p.m


 

1 comment:

  1. Saudara yang sangat Akur yah shoff..
    berbeda jauh dengan kehidupan Aku dan Adek**-ku.. Aduhh, jadi Malu..
    Harmonis bangett dger cerita keluarga Shofy yaa.. :)
    damai dan penuh cinta, hehee..
    Eham nya hebatt bangett dan pecinta makhluk hidup lainnya..
    Aku jd ikutan Nangiss, waktu Shofy bilang "Dik, bahkan sekarang ini, saat Mbak menuliskan kalimat ini, Mbak menangis, teringat dirimu."... Huaaaaww :'(((
    dramatisss bgtt yaakk..
    Selamat Ulang Tahun ya buat Eham... doa dan harapan yang terbaik, Ikut meng-Amiiin-kan Do'a Mbak Shofy..
    tepat di bulan Oktober nih, 2014. walaupun tanggal nya Lewatt.. hehe :D :)

    Maaff yah Shofy, Aku bnyk post komentar di Blogg Mu..
    Kalo lagi suntuk, Aku lah yg menaikkan Jmlah Visit blogg mu (wkwkwkw=))*).. Aku suka baca tulisan mu say.. hehe :)
    Aku BETAH gitu rasanya...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...