Malaysia truly Asia. Kalimat inilah yang diucapkan
Alfian, salah satu rekan perjalanan selama ke Malaysia pertengahan tahun lalu,
saat kami meluncur di atas belantara hutan menuju puncak bukit di Genting. Aku
tidak langsung menangkap maksud ucapan Alfian serta alasannya yang tiba-tiba
mengucapkan jargon Malaysia tersebut. Truly Asia? Memangnya Skyway ini buatan
asli Asia? Rasanya nggak juga. Soalnya aku pernahlihat skyway yang lebih keren
di Jepang. Di Indonesia juga ada, tepatnya di TMII, tapi masih kalah keren kalau dinilai berdasarkan medan dan jarak tempuh. Lalu mananya yang truly Asia? Meskipun terus bertanya-tanya, namun
aku nggak berhasrat untuk bertanya pada Alfian.
Semakin lama di dalam skyway menuju Genting
Highland, akhirnya aku bisa menjawab semua pertanyaan tersebut sendiri. Dengan
yakin kukatakan bahwa yang dimaksud Alfian Truly Asia adalah hamparan hutan
tropis yang membentang hijau di bawah sana. Jika Jepang menyajikan pegunungan
bersalju, Malaysia sepertinya cukup tahu diri kalau wilayahnya sama sekali
tidak bersalju. Mereka paham betul bahwa setiap negara memiki potensi
masing-masing untuk ditampilkan. Dan sebagai negara yang juga berada di sekitar
Khatulistiwa, beriklim tropis, mereka menjadikan hal tersebut sebagai peluang.
Salah satunya adalah keindahan hutan.
Tidak semua negara punya hutan tropis seperti
Malaysia, Indonesia, dan tetangga. Apabila ini ditunjukkan dengan apik (salah
satunya dengan skyway), tentu banyak turis mancanegara (terutama dari negara
non tropis) yang akan suka. Jadi nggak perlu heran saat udah sampai di puncak
bukit, kita akan bertemu wajah-wajah Barat dan Arab.
Indonesia sih punya juga hutan begituan, bahkan di
ujung desaku juga ada. Dulu masa aku kecil, hutan di desaku masih belum
terjamah. Gelap bukan main. Flora dan faunanya buanyak. Ada burung rangkok, ada
macannya juga. Tapi sampai sekarang hutan itu sudah habis terbakar, tidak
sekali pun aku pernah melihatnya langsung dari dekat, terlebih memasukinya. So,
keindahan hutan yang diceritakan orang-orang tua hanya sebatas cerita bagi kami
(generasi 90-an ke atas).
Sayang, kan? Andai Indonesia punya inisiatif buat
membangun skyway melintasi hampara hutannya juga, sudah pasti keindahan seperti
itu bisa dinikmati banyak orang. Katanya sih Indonesia punya biodiversiti
paling banyak di dunia, binatang dan tumbuhan di hutannya bermacam-macam, tapi
sayang nggak semua anak negeri bisa lihat langsung. Lucu aja saat kita
bangga-bangga ke orang luar tentang burung cenderawasih, komodo, dsb, namun
saat ditanya sudah pernah lihat langsung apa belum, jawabannya belum. Lalu apa
bedanya dengan mereka yang tinggal di luar Indonesia?
Mas Faisal, Alfian, Me, Darwin |
Okeh kembali ke Skyway, ya. Saat naik skyway di
Genting, kita akan merasakan keheningan luar biasa. Seolah-olah sedang tersesat
di tengah-tengah hutan. Meskipun dalam satu skyway bisa diisi oleh 8 orang, dan
biasanya sibuk ngobrol, cekikikan sampai ketakutan bareng, hingga nempel ke
sana ke mari buat foto, tetap saja keheningan nggak bisa hilang. Rasanya
sejenak kita pergi sangat jauh dari hiruk-pikuk kehidupan yang biasa dijalani.
Hutan-hutan lebat di bawah pun kelihatan tropis
banget. Di beberapa bagian kelihatan sangat lebat. Aku membayangkan seperti apa
gelap dan susah seandainya jalan kaki di bawah. Nggak terpikirkan bagaimana
caranya orang-orang mendirikan tiang-tiang tinggi penyangga skyway yang membelah
hutan selebat ini. Harus ngadepin semak-semak, ular, macan, monyet, burung, semut
api, gelap-gelapan, mendaki bukit lagi. Salut, deh!
Sampai di atas, kita akan merasakan udara sejuk
karena memang sedang berada di puncak bukit. Di sana ada operation deck dari
kaca yang memudahkan kita untuk melihat pemandangan di bawah. Bangunan-bangunan
di sana difungsikan sebagai pusat perbelanjaan, cafe, game spot, miniatur
ikon-ikon negara (kayak kanal-kanal di Venice, patung liberty, menara eiffel, dsb),
restoran, hingga casino. Nggak jauh beda lah sama fasilitas-fasilitas yang ada
di Macau. Bedanya di Genting ini banyak orang Arabnya, banyak wanita-wanita
bermaskara tebal dan berabaya. Kalau di Macau, cari yang pake kerudung aja
susah.
Soal seniman jalanan (meskipun nggak sedang di
jalanan juga), di sana ada beberapa. Waktu aku ke sana kemaren, ada seorang
perempuan bule berpakaian gaun tradisional putih yang nari-nari sambil
memainkan bola bening. Mau dia gerak-gerak jumpalitan pun, tuh bola seperti
lengket di tubuhnya. Ada pula beberapa orang berwajah Cina yang main sulap. Ada
yang jalan-jalan pakai kostum superhero (Iron Man, dkk). Ada juga yang pasang
speaker-speaker segede gajah di jalan umum, terus mereka nyanyi-nyanyi di sana.
Sampai-sampai aku berpikir, nih orang pada niat banget ya cari duit.
Bagaimana cara ke Genting-nya?
Gampang aja. Kalau kamu ke Malaysia pakai jasa
tour travel, dijamin nggak perlu request, Genting pasti sudah ada dalam
itinerary. Kalau backpack, banyak kok bus-bus yang membawa turis menuju spot
ini. So, jangan lupa main ke sana, ya.
Indonesia harusnya mampu punya skyway kayak gini ya, apalagi potensi alamnya lumayan banyak dan gak kalah keren. Iya nih jadi kangen berpelesir ya :(
ReplyDeleteasiknya..andaikan di Indonesia ada tempat seperti ini ya..pasti rame juga :)
ReplyDeletepemandangannya yang beda ya naik skyway disana
ReplyDeleteMemang asik ke Genting. Cuma mau naik busnya sblm skyway itu kudu ati2 krn sama sj dg di Ind, byk calo boong.
ReplyDelete