Wednesday 6 January 2016

HADIAH DARI TURKI



“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, agar kalian saling mencintai.” (HR. al-Bukhari)

Beberapa bulan lalu aku sudah menuliskan tentang sahabatku Elif di sini. Dan sekarang adalah kelanjutannya. Seperti yang kutuliskan di sana, Elif memaksa ingin mengirimkan hadiah kecil dari negaranya, Turki. Setelah melewati tawar menawar yang cukup sengit, karena aku sungguh tidak mau menyusahkan dia, pada akhirnya aku menyerah juga. Terlebih setelah di memohon, “Lutfen, Sofia. Please, Sofia.”

Orang Turki memang terkenal suka memberi hadiah. Aku baca di blog Muslimah yang sedang kuliah di sana, katanya orang Turki suka nggak naggung-nanggung kalau kasih hadiah. Pada bulan Ramadhan, mereka saling berlomba-lomba membagikan makanan buat iftar. Lalu saat menjelang lebaran, ada juga yang memberikan pakaian dan sebagainya. Bahkan Si Muslimah Indonesia ini pernah menerima paket pakaian senilai jutaan dan tiket pulang ke Indonesia. Segitunya, ya?

Biar kata negaranya menganut paham sekuler, tapi jangan lupa, masyarakat Turki itu punya leluhur yang taat-taat di jaman Ottoman. Jadi tradisi silaturrahim sampai memberi hadiah seperti sudah turun temurun dalam darah mereka. Memang banyak yang pilih hidup bergaya Barat, nggak shalat, tapi tetap saja lho, mereka itu menjunjung tinggi slaturrahim dan saling memberi hadiah. Mereka juga kerap menyebut ‘Insya Allah, masya Allah, Allah, dsb’ dalam percakapan sehari-hari. Mungkin lebih sering dari kita. Kalau nggak percaya, kroscek aja di sinetron Turki yang sekarang lagi ngetren.

Kembali ke tradisi memberi hadiah, dalam Islam sendiri hukumnya sunnah. Itulah yang dikatakan Elif ketika aku menolak untuk memberikan alamat padanya. 

“Ini hanya hadiah kecil. Lagipula memberi hadiah itu sunnah. Ayo, berikan alamatmu.” Tulis Elif di whatsapp.

Apalah daya, akhirnya aku pun memberikan alamat rumah padanya. Dia mengirim hadiah itu pada 24 November, dan aku menerimanya pada 31 Desember lalu. 

Cukup lama ya...?

Yup, karena adalah human error di kantor pos Jakarta, jadi paket itu terkirim ke Pekanbaru. Mungkin mereka pikir Bintan itu ada di provinsi Riau. Saat aku ngecek sekitar tanggal 21 Desember, petugas pos langsung melakukan penelusuran dalam sistem mereka, dan memberi tahu kalau paket itu sedang dalam perjalanan dari Pekanbaru ke Bintan, Kepulauan Riau. Ribet banget. But it’s okay. Selagi paket itu bisa sampai, aku sudah bersyukur.

Tepat di penghujung 2015, aku menerima satu buah kardus biasa dari petugas pos. Uh, biar kata hanya kardus, tapi ini dari Turki. Perjalanan nih kardus lebih jauh daripada perjalanan yang pernah kulakukan seumur hidup. Aku pun membukanya dengan super hati-hati, sekaligus nggak sabaran.

Oh, Elif. Dia memang sangat manis. Di dalam kardus itu, ada sebuah kotak berbentuk ‘love’ dengan warna biru. Motifnya bunga mawar. Aku sampai mbrebes lihatnya. Lagi-lagi aku bilang, ini kotak love dari Turki. Iya dari Turki. Sebelum tanganku menyentuhnya, ada sahabatku yang merupakan wanita Turki juga telah menyentuhnya.

Semua itu adalah hal yang sangat menakjubkan. Aku tidak pernah menilai apa saja yang ia kirimkan, karena bagiku kotak itu adalah perwujudan dari cinta, ketulusan, dan persahabatan. 

Aku membukanya. 

Aduuuh... banyak sekali.

Sepertinya Elif menyukai pernak-pernik lucu. Dia mengirimkan handuk kecil berenda, sapu tangan khas Turki, hijab, tasbih, gelang, kalung, kartu pos, cokelat, biskuit, permen, lilin, kaos kaki, magnet kulkas inisial nama, gantungan kunci, dan krim pelembab sari mawar. Satu hal yang kusayangkan, cokelatnya sudah rusak karena—mungkin—paket itu terhempas ke sana sini selama di perjalanan. 



Pagi itu aku dilanda euforia banget. Langsung cekrek foto-foto dan kukirimkan ke Elif. Sampai sekarang aku sering buka kotaknya, lalu mencium handuk atau hijab yang dia beri. Baunya khas banget. Terkadang sambil mencium aroma dari dalam kotak itu, aku membayangkan Istanbul.

Kota itu, sampai hari ini aku masih bermimpi besar untuk mengunjunginya. Mungkin sekarang belum bisa, tapi aku yakin, sangat yakin, suatu hari nanti aku akan datang ke sana. Aku akan bertemu dengan sahabatku Elif. Mungkin kita akan menikmati segelas teh bersama, dan hmm semangkok ramen.

Ramen di Turki? 

Aneh?

Ya, ini karena aku pernah memasukkan foto tumis ubur-ubur dalam Instagram. Ada sumpit di sampingnya. Nah, Elif nyangkanya itu ramen. Dia pun mengirimkan foto satu cup ramen instan yang sudah diseduh dengan chopstick di atasnya.

“Sofia, I love ramen too.” Tulisnya.

“Semoga suatu hari nanti kita bisa makan ramen bersama.” Balasku.

“Oh, Sofia. Insallah...”

Sahabatku Elif, kau mungkin tidak tahu betapa aku sangat berterimakasih untuk sagalanya. Untuk persahabatan dan hadiah yang kau kirimkan. Terimakasih karena kau telah membuat Turki begitu dekat denganku. Dalam satu kotak biru yang kau kirimkan itu, kau tidak hanya menyertakan cinta dan persahabatan, namun juga seluruh impian dan cita-citaku... Kau telah mengirimkan Turki untukku...

Lots of Love
Sofia

11 comments:

  1. Wuah mupeng bangettt. (Gak pernah dapat kiriman dari LN :( )

    ReplyDelete
  2. asik ya punya sahabat baik..dikasih hadiah juga...:)

    ReplyDelete
  3. Enaknyaaa, orang Turki ternyata baik bgt ya..

    ReplyDelete
  4. wah sayang sekali paketnya sempat nyasar ya. Gak nyasar saja perjalannya panjang dikantor pos saat pemeriksaan barang dari luar negeri. Salam buat Alif ya

    ReplyDelete
  5. Selamat, ya! Meskipun keinginan Mbak diperistri orang Turki belum tercapai, setidaknya sudah dapat kiriman hadiah dari sana :D

    ReplyDelete
  6. Wah sof, banyak banget hadiahnya.
    keren bisa pny sahabat orang luar, turki lagi ya..
    Selamat sofy, semoga cita-cita dan impian ke Turki kesampaian segera

    ReplyDelete
  7. emang enak mba ubur-ubur dijadikan hidangan???

    ReplyDelete
  8. selamat ya dek. ada niat mau balas hadiah ke Elif juga nggka nih? titip salam yaa... kak Aida :)

    ReplyDelete
  9. waduh .. jadi kepengen nih hadiah yang sebanyak gitu hehe

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...