Ketika kamu mulai rutin datang
ke walimahan teman-teman sebayamu, ketika para ibu-ibu mulai menceritakan calon
pasangan anak-anaknya kepada ibumu, ketika kamu mulai sering membantu
mempersiapkan hari pernikahan teman-teman masa kecilmu, ketika mulai tak terhitung
jumlah teman-temanmu yang menggendong anak pertama mereka atau sedang
mempersiapkan hari kelahiran, ketika anak-anak teman masa kecil justru
terkadang datang ke rumahmu untuk bermain, bahkan ketika adik-adik kelasmu pun
sudah banyak yang bilang, 'good bye, aku duluan', ketika itulah terror 'kapan
nikah' mulai bermunculan dari berbagai arah (cry out loud emoticon). Bahkan
teror itu lebih sering datang dari rumah sendiri, yang kadang bikin kamu pengen
bertapa saja di hutan :D
Yes, aku sudah mulai menulis tentang ini sejak usia memasuki 20
tahun. Karena mulai saat itu teror sudah mulai datang, meski hanya satu dua.
Tapi sekarang, subhanallah kadang sampai heran, kenapa manusia ini senang
sekali mengurusi perkara orang lain? Memangnya menikah itu gampang? Tinggal
pakai jurus tunjuk, siapa datang langsung oke, terus nikah? Dan memangnya lagi,
nikah itu harus bareng-bareng gitu, ya? Kalau teman satu angkatan udah, maka
kita pun harus nyusul secepat mungkin.
Alhamdulillahnya aku punya orangtua yang cukup paham soal agama,
meskipun ibuk bukan tipe yang 'say no to pacaran' ala ustadz jaman sekarang.
Jadinya ya begitulah, tiap hari pertanyaannya, "Cowokmu endi? Ngopo ra gek
endang digowo rene?" Berkali-kali dijelaskan kalau Ä°slam itu gak mengenal
kata pacaran, tapi masih saja itu yang ditanyakan.
"Menikah itu sunnah. Kalau sudah ada, ya disegerakan."
Nah kalau bapak lebih mendingan lah karena pengetahuan agamanya sedikit lebih
mumpuni dibanding ibuk.
Sekarang setiap pagi nasehat agama yang disampaikan Bapak sudah
beralih ke topik pernikahan dan pernikahan. Terlebih di desa ini hampir 80%
muda-mudi menikah by accident. Beberapa di antaranya disebabkan orangtua,
karena masih kukuh mengikuti tradisi hantaran pernikahan yang harus memenuhi
sekian puluh juta. Akhirnya, karena jalan menuju halalnya dipersulit, mereka
pun cari jalan pintas yang gampang meskipun jelas-jelas dosa besar. But, this
should be noted! Di sinilah bahaya pacaran itu sebenarnya kelihatan banget.
Bayangkan ya, dua manusia saling jatuh cinta, sms dan teleponan menggunakan
kata-kata romantis, lalu ketemuan sementara orangtua woles aja, their hormon is
raging, dan who can stop if any two person in that situation? Bahkan setan
sekelas jin ifrit pun gak bisa menghentikan dua orang yang sedang dikuasai oleh
sesuatu bernama 'lust'. And Ä°slam is the perfect religion, tidak ada solusi
yang lebih ampuh bagi dua orang yang sedang jatuh cinta selain menikah. Ä°ni
kata Bapakku, and Ä° totally agree!
Nikah dalam Ä°slam itu gak mahal. Yang mahal itu tradisi. Bahkan Abdurrahman
ibn Auf rahimahullah yang terkenal sebagai seorang konglomerat saja ketika dia
menikah, Rasulullah sallahu 'alahisi wa sallam tidak tahu. Begitu bertemu di
Masjid, Rasulullah mencium aroma harum yang tidak biasa dari sahabatnya
tersebut, dan beliau bertanya. Ternyata Abdurrahman ibn Auf baru saja menikah.
"Kenapa aku tidak diundang?" tanya Rasulullah
Apa jawaban Abdurrahman ibn Auf?
"Karena engkau pernah berkata bahwa sebaik-baiknya pernikahan
adalah yang tidak bermewah-mewah." (Silakan dicari hadistnya, karena aku
menulisnya tanpa melihat referensi, hanya mengandalkan ingatan. Jadi mungkin
lafadz-nya sedikit berbeda.)
Ä°ni lho konglomerat jaman dulu, yang kalau dia mau, maka seluruh
penduduk Madinah bisa saja diundang lalu dijamu dengan ratusan ekor daging
unta. Mengadakan walimah itu memang dianjurkan oleh Rasulullah, agar tidak afa
fitnah. Tapi yo kalau jaman sekarang namanya bukan walimah lagi, melainkan
pesta. Walimahannya Rasulullah sama A'isha saja cuma dengan sebaskom susu yang
diminum rame-rame. Niatnya itu bukan pestanya yang harus besar-besaran,
namun cukup agar orang-orang minimal tetangga sekampung pada tahu. Tapi sulit
ya memang kalau kita hidup di tengah masyarakat yang memegang tradisi yang
salah namun dibenarkan oleh semua orang. Padahal akibatnya sudah terlihat
dimana-mana, yaitu dengan maraknya perzinahan.
Di kampungku, bisa dikatakan hal
seperti itu bukan lagi menjadi aib. Wanita yang melahirkan pasca empat atau
lima bulan pernikahan sudah bukan hal memalukan lagi. Karena sudah umum
terjadi. Ada hukum Ä°slam yaitu dengan dera bagi mereka yang berzina sebelum
menikah dan rajam bagi yang sudah menikah, tapi justru dianggap hukum Ä°slam itu
kejam, sadis, tidak berperi kemanusiaan. Bayangkan lho, andai hukum ini
diterapkan, kira-kira kita akan berpikir ulang gak ketika ingin berzina? Kenapa
yang belum menikah didera sementara yang sudah menikah jastru dirajam sampai
tewas? Karena dia sudah punya suami/istri. Sama sekali tidak ada uzur baginya
untuk berzina. Dia memiliki tempat yang halal untuk hasrat biologisnya. Karena
itulah ketika dia masih nekat berzina, maka rajam hukumannya. Ä°ni menunjukkan
bahwa zina itu bukan dosa kecil. Bukan perkara ecek-ecek yang cukup dengan
taubat lalu dosanya hilang begitu saja. Di zaman Rasulullah pernah kejadian
yang seperti ini, yaitu ketika seorang wanita mendatangi beliau untuk meminta
hukuman atas zina yang dia lakukan. Tapi karena wanita ini hamil, akhirnya
Rasulullah meminta ia datang setelah melahirkan. Begitu melahirkan, wanita ini
datang kembali dan Rasulullah memintanya hingga anak tersebut disapih. Dan
mashaAllah dua tahun kemudian, wanita ini masih tetap datang untuk meminta
hukuman. Kemudian Rasulullah meminta para sahabat untuk merajamnya hingga
wafat. Tapi apa yang terjadi kemudian? Rasulullah meminta sahabat untuk
mengurusi jenazah wanita tersebut dam beliau menshalatinya karena perempuan
tersebut telah bersih dari dosa zina. Dari kisah ini bisa kita simpulkan bahwa
dosa zina jika hukumannya tidak ditunaikan di dunia, maka kelak tetap akan ditunaikan
di akhirat. Kecuali jika Allah yang Maha Pengasih berhendak lain.
"Ya Rabb, lindungilah kami dari perbuatan zina. Halangilah
kami dari segala perbuatan yang mengantarkan kepada zina. Dan jadikanlah hati
kami membenci dan memusuhi perbuatan zina."
Zaman dulu ketika belum ada smartphone dan jaringan internet,
pernizahan di kampung halamanku sudah marak. Terlebih sekarang. Terkadang sedih
melihat generasi muda, anak-anak yang belum tamat sekolah, akhirnya sudah harus
hidup berumah tangga. Fitnah hidup di jaman ini memang berat. Hal-hal makruhat,
subhat, syahwat, disebarkan secara bebas dan bisa mengenai siapapun. Benarlah
Rasulullah yang pernah mengatakan bahwa ummat akhir jaman itu banyak yang
beriman di pagi hari, kemudian kafir di sore harinya. Beriman di sore hari,
kemudian kafir di pagi harinya. Karena apa?
Fitnah.
Fitnah di sini bukan diartikan dalam pengertian bahasa Ä°ndonesia
yaitu merusak nama baik atau kehormatan seseorang, melainkan dalam pengertian
bahasa Arab yaitu cobaan-cobaan, ujian, goncangan, perkara syahwat, syubhat,
dan makruhat yang merajalela. Sementara itu kaum Muslimin banyak yang tidak
bisa membedakan, mana yang berupa fitnah dan mana yang bukan. Banyak kesamaran,
perkara yang tidak jelas, namun ternyata hal tersebut telah menghanyutkan
ke-Ä°slaman seseorang. Banyak Muslim hari ini tidak menyadari ternyata dirinya
telah terjebak di dalam fitnah, atau seperti sabda Rasulullah bahwa fitnah itu
seperti lipatan kain di malam gelap gulita. Saking samarnya sampai tidak
terlihat.
Contohnya berapa banyak Muslim yang akhirnya terjebak dengan
perkara 'Semua agama itu baik. Semua agama itu benar.' yang disebarkan di
tengah masyarakat? Berapa banyak Muslim yang setuju dengan statement 'Pemimpin
kafir yang adil lebih baik baik dibandingkan pemimpin Muslim yang dzolim'? Lalu
berapa banyak Muslim yang menganggap bahwa pernizahan adalah hal boleh-boleh
saja, hanya karena hal tersebut sudah marak dan disebarkan dimana-mana?
Aku pernah punya seorang teman Turki. Muslim. Suatu waktu dia
pernah mengimi sebuah link youtube video lagu, kalau tidak salah lagunya James
Blunt (judulnya tidak ingat), yang ternyata isinya sedikit menyerempet ke hal
romantisme yang seperti itu. Lalu kemudian dengan tegas kukatakan padanya, jika
masih ingin berteman denganku, tolong jangan pernah lagi mengirimi video
seperti itu. Kemudian dia terheran-heran, meskipun baru membalas dalam tempo
beberapa menit kemudian.
"Apa yang salah? Bukankah hal seperti itu normal? Di sini, di
Turki, hal seperti itu bisa ditemukan dimana-mana. Aku tidak bisa
mengelak." Sanggahnya.
"Kalau begitu akulah yang tidak normal. Carilah tandem bahasa
lain yang lebih normal." sindirku waktu itu, karena memang tujuan
komunikasi kami adalah untuk mempraktekkan bahasa.
Akhirnya dia mengalah dan berkata, "Ya, ini memang tidak
normal. But people nowadays make it as a normal thing. Karena hal seperti ini
mudah ditemukan dimana-mana. Baik itu televisi, jalan, mall, dll. Tapi tujuanku
bukan video, hanya lagunya saja."
Kejadian ini menjadi pengingat bagiku bahwa jaman sekarang hal
semacam ini sudah menjadi sesuatu yang lazim. Fitnah ini tidak terhindarkan
lagi saking maraknya. Dan lihatlah internet hari ini, terkadang nonton kajian
Ä°slam di youtube saja, masih ada iklan yang muncul dengan gambar-gambar 'ya
seperti itulah'. Dan beberapa waktu lalu saat aku mengajar di pesantren,
terkadang kami menangkap laptop-laptop yang digunakan diluar jam izin, begitu
diperiksa rata-rata isinya film dan video-video lagu Barat yang 'Anda tahu
sendirilah bagaimana isinya'. Dan hal seperti itu menyebar di kalangan santri
putra, lho! Kalau wanita melihat wanita lain yang tidak berpakaian lengkap,
masih bisa diwajarkan, karena mereka sesama wanita. Tapi kalau yang menonton
adalah para laki-laki baligh?
Ya Allah, sebenarnya agama yang Engkau turunkan sudah begitu
sempurna, yang paling memahami tabiat-tabiat manusia dan fitrah mereka.
Allah yang menciptakan manusia dan Dia-lah yang paling tahu
kondisi manusia tersebut. Allah menciptakan manusia disertai dengan hasrat
biologisnya, namun bukan berarti Allah membiarkan manusia melakukan segalanya
sesuai kehendak. Seperti kaum Barat yang kemudian menjadikan perzinahan sebagai
sesuatu yang normal, tidak melanggar HAM sehingga tidak boleh digolongkan
sebagai kejahatan.
Sebenarnya kalau kita membaca sejarah hidup Rasulullah dan para
sahabatnya, pernikahan pada zaman itu bukan lah perkara rumit seperti saat ini.
Kalau zaman sekarang kok kayaknya mau nikah saja susaaaaaaahhhhh sekali. Al
Quran sendiri sudah memerintahkan para ayah agar menikahkan anak-anak mereka
yang sudah memasuki usia pernikahan. Tentu sebagai ayah juga dituntut untuk
memiliki ilmu agama yang baik, agar dia tidak menetapkan pilihan yang zalim
bagi anaknya. Lagipula dalam sebuah hadist, Rasulullah juga meminta para ayah
agar menanyakan persetujuan dari sang anak. Meskipun perkenalan dilakukan
melalui perantara dan sebagainya, tapi kita tetap tidak boleh untuk menerima
begitu saja tanpa ada kecenderungan pada calon pasangan. Minimal ada
kecenderungan 70% (dan ini termasuk yang menjadi peganganku).
Why?
Karena menikah itu bukan sesuatu
yang main-main, yang kalau gak cocok bisa langsung talak atau minta ditalak.
Untuk wanita, pernikahan itu berarti kamu akan mengabdikan diri sepenuhnya
kepada seorang lelaki asing. Dan untuk lelaki, pernikahan berarti kamu akan
menanggung nafkah dan kehidupan seorang wanita asing. Semua hal di dalamnya
bernilai pahala di sisi Allah. Bayangkan seandainya di antara dua manusia itu
tidak ada sedikit pun kecenderungan? Si istri memasak sambil menggerutu, si
suami pun kerja tidak ikhlas. Okelah kita mengikuti kisah si buruk rupa yang
memperistri si cantik. Kemudian keduanya mendapatkan surga karena si buruk rupa
yang setiap hari bersyukur ketika melihat kecantikan istrinya, sementara si
cantik yang saban hari bersabar atas kejelekan fisik suaminya. Tapi jujur,
imanku belum sampai tahap ini. Lagipula menikah tanpa melihat calon pasangan
terlebih dahulu atau menikahkah anak tanpa meminta persetujuannya, semua ini
tidak diajarkan dalam Ä°slam!
Dulu aku sering khawatir andai saja tidak menikah hingga usia tua.
Dan mungkin ini sebabnya kedua orang tuaku terus menerus membicarakan masalah
ini, karena mereka takut aku tidak berkeinginan menikah, atau bahasa kasarnya
takut anaknya jadi perawan tua. Dan jujur, tekanan-tekanan seperti ini sering
membuatku galau juga.
Tapi alhamdulillah sekarang aku merasa tidak ada yang perlu
dirisaukan. Manusia hanya bisa berkuasa dalam suatu ruangan yang disebut
ikhtiar, selebihnya Allah yang punya kuasa.
Dalam Al Quran juga sudah disebutkan dengan jelas mengenai tiga
perumpaan wanita. Yang pertama adalah Aisiya istri Firaun yang meminta
dibangunkan sebuah rumah di syurga. Meskipun suaminya kafir bahkan mengaku
tuhan, yang bahkan kisahnya adalah kisah yang paling banyak diulang-ulang dalam
Al Quran, tetap saja tidak menghalangi sang istri untuk sampai ke surga-Nya
Allah.
Perumpaan kedua adalah istri Nabi Nuh dan Luth yang masuk ke dalam
golongan orang-orang yang diadzab, padahal suami mereka adalah utusan Allah. Di
sini jelas sekali bahwa seorang istri itu tidak bisa nebeng surga pada suami.
Kalau mereka tidak taat kepada Allah, ya tetap saja kelak akan diadzab. Tidak
peduli suaminya ustadz, hafidz Quran, lulusan Madinah, dsb. Tapi tentu saja,
seperti yang juga dilakukan oleh Nabi Nuh dan Luth, mereka tetap mengingatkan
dan memberi nasihat. Karena suami adalah pemimpin bagi anak dan istri mereka,
dan kelak akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Bahkan dalam Ä°slam, sang suami
boleh memukul istrinya (asal tidak pada wajah dan tidak menyakiti, melainkan
cukup sebagai pengajaran) apabila sang istri durhaka terhadap perintah Allah
dan Rasulullah. Tapi jaman sekarang ya banyak para suami yang memukul istri
tanpa alasan syar'i, bahkan kalau memukul tidak di wajah istri, rasanya kurang marem.
Perumpaan ketiga adalah Maryam putri Ä°mran. Maryam adalah wanita
tidak bersuami dan tidak pernah ada riwayat yang menyebutkan bahwa dia kemudian
menikah setelah melahirkan Ä°sa. Baik dalam kitab suci mana pun (agama samawi),
Maryam adalah simbol perempuan suci. Tapi meskipun beliau tidak menikah, dia
tetap bisa meraih derajat yang tinggi di sisi Allah. Bahkan dikatakan oleh
Rasulullah bahwa Maryam adalah satu wanita terbaik penghuni syurga bersama
Aisiya istri Firaun, Khadijah istri Rasulullah, dan Fathimah binti Muhammad.
Ya, perumpaan Maryam inilah yang membuatku tenteram. Dan semoga
juga para wanita yang saat ini telah mencapai usia 30, 40, atau lebih dan masih
belum dianugerahi pasangan hidup. Padahal mereka adalah wanita saleha yang
menjaga kehormatan.
Terkadang, di jaman sekarang, manusia lebih memperhatikan fisik
dibandingkan hati. Aku mengenal beberapa wanita baik-baik yang hingga usia di
atas 30 masih belum menikah. Setiap lelaki menolak, hanya karena fisik mereka
tidak cantik (tentu saja sesuai kamus zaman sekarang). Rasanya sudah sulit
menemukan lelaki seperti Zaid ibn Haritsah (Budak yang kemudian diangkat
menjadi putra Rasulullah), yang ketika mendengar Rasulullah berkata,
"Siapa yang ingin menikah salah satu wanita syurga, maka nikahilah Umm
Ayman", maka Zaid segera mengacungkan tangan. Padahal Umm Ayman jauh lebih
tua usianya. Nama asli Umm Ayman ini adalah Barakah, beliau adalah bekas budak
Aminah, ibunda Rasulullah. Ketika Aminah meninggal saat perjalanan pulang dari
Yastrib, Barakah inilah yang menenangkan dan menghibur Muhammad kecil kemudian
membawanya kembali ke Makkah. Ä°nilah sebabnya, Rasulullah sangat menyayangi Umm
Ayman dan sudah dianggap seperti ibunya.
Baiklah, akhir kata, tidak ada ucapan seorang Muslim kepada Muslim
lainnya yang lebih baik dari doa dan nasehat. Semoga Allah menghindarkan kita
dari kekejian zina dan segera menghadirkan pasangan hidup sebagai penyejuk
mata. Al Quran telah mengajarkan doa yang begitu masyhur dan barangkali tidak
asing di telinga kita, yaitu,
"Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrota a'yun. Waj'alna lil muttaqina imama." Ya Rabb, anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak sebagai penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Atau tidak ada salahnya kita berdoa dengan doa-doa seperti,"Rabbi habli minashalihin" Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang shalih. Atau "Rabbi la tazarni fardan wa anta khairul waritsin" Ya
Rabb jangan engkai biarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau adalah
ahli waris yang terbaik.
*Bagi yang membaca tulisan ini,
silakan cari kembali referensi hadist, kisah, maupun doa-doa di atas karena aku
menulis hanya dengan mengandalkan apa-apa yang tersisa dalam ingatan semata.
Wallahu'alam...