Tuesday, 30 April 2013
Review Buku Negeri di Ujung Tanduk
Hi guys! Saya kembali dengan review
lagi nih, semoga gak bosan ya.
Buku dengan cover biru donker pekat
plus gambar kartun monyet-monyet berpakaian ala pejabat itu kubeli awal April
lalu. Aku menemukanya di etalase Gramedia Botani Square setelah seorang pegawai
Gramedia memberitahuku. Sebelumnya, aku harus mendengarkan ia bercerita tentang
sebuah buku berjudul “Ayah” yang katanya membuatnya menangis. Aku mengapresiasi
keramahan pegawai itu.
Hmm….butuh waktu satu hari untuk
menamatkan sekuel Negeri Para Bedebah ini. Ya guys, novel ini adalah lanjutan
dari novel Negeri Para Bedebah. Tokoh utamanya juga masih Thomas yang memesona
itu.
Soal penulis, sebaiknya gak perlu
dibahas lagi ya. Siapa sih yang gak kenal sama Om Tere Liye. Semua pasti kenal.
Jadi kita lewatin aja. Okay?
Novel NUT (Negeri di Ujung Tanduk)
ini juga bergenre action yang oke banget. Jika di Negeri Para Bedebah, masalah
yang dihadapi Thom adalah persoalan ekonomi, di novel kedua ini masalahnya
beralih ke dunia politik. Ya, Thom membuka bidang penasihat ekonomi di
perusahaannya. Tentu saja kliennya orang besar, tak tanggung-tanggung, seorang
kandidat calon presiden. Semua sudah beres, pendukung banyak dan Thom yakin
jika kliennya pasti akan maju ke pemilihan presiden. Namun, masalahnya kliennya
tersebut adalah orang jujur yang berkomitmen menegakkan keadilan hukum di
Indonesia. Tentu saja ia akan menjadi mimpi buruk bagi para pejabat-pejabat,
pengusaha-pengusaha dan petinggi-petinggi ber-otak musang. Ya, banyak ‘orang
atas’ yang merasa dirugikan jika si klien menang pemilihan. Have u found the
point, guys? Ya, ini masalahnya.
Di novel sebelumnya, Thom mengikuti
pertarungan tinju di club Jakarta, ia mengalahkan Rudi (sang petarung sejati).
Tidak jauh berbeda deng NUT, Thom juga mengalahkan petinju paling disegani,
Lee. Bedanya pertarungan tidak dilakukan di Jakarta melainkan di Makau.
Alur cerita dan penokohan tidak
terlalu berbeda dengan NPB (Negeri Para Bedebah). Thom juga ditemani seorang
wartawan wanita (di NPB, wartawan itu adalah Julia) yang bernama Maryam, Thom
juga sempat di penjara, dan pertarungan berakhir di kapal. Sebenarnya aktor
antagonisnya masih Tuan Shinpei. Dialah otak dari semua kerusuhan yang terjadi.
Apa sih yang
oke banget dari NUT?
Jawabannya adalah karakter si Thom.
Ya, karakter Thom sangat memesona bagiku. Ia dingin dan pintar, namun
sebenarnya ia hanyalah sosok yang tertutup masa lalu yang kelam. Sejatinya, ia
adalah laki-laki yang penuh kasih sayang, ini bisa dilihat dari cara ia
memperlakukan sang Kakek.
Kekurangannya?
Alur cerita yang bisa ditebak.
Terutama bagi yang sudah membaca NPB. Seharusnya cerita genre action memiliki
alur yang membuat pembaca ber-ha, karena ternyata cerita tidak sesuai dengan
apa yang ditebak pembaca, sebagai contoh adalah film yang diperankan Jolie
berjudul WANTED. Dalam film itu, menceritakan tentang pembunuhan yang sudah
ditentukan di sebuah surat. Saya sendiri sampai menangis karena ternyata yang
dianggap penjahat no.1 adalah sang Ayah yang selama ini mengawasi dan
melindungi.
Biar begitu secara keseluruhan novel
ini tetap oke, semoga di filmkan nantinya.
Oke guys! May be cukup sekian dulu.
Biar gak penasaran yang berakibat kejang-kejang, langsung aja beli bukunya.
Bisa juga menyewa ke saya dengan tarif Rp.1000; per lima menit. Hehe
Review Buku Hijab I'm in Love
Cover Buku Hijab I'm in Love |
Apa kabar, sobat semua? Semoga selalu berada dalam dekapan iman kepada-Nya dan sehat selalu. Amin
Kali ini aku kembali lagi dengan review sebuah buku. Kali ini, khusus
buat para kamu-kamu makhluk paling spesial, yaitu Muslimah. Ya, buku
ini didedikasikan untuk para Muslimah.
Buku 124 halaman ini berjudul Hijab I’m in Love, artinya kira-kira begini: Hijab, aku jatuh cinta. Manis ya?
Siapa penulisnya? Pernah baca buku-buku bestseller Melukis Pelangi,
Sejuta Pelangi dan Cahaya di Atas Cahaya? Atau, kalau sobat memang belum
ketebak, kenal dong sama pemeran Anna Althafunnisa dalam film KCB? Nah,
betul. Itu dia! Penulisnya adalah seorang inspirator, pembicara, artis
sekaligus penyanyi. Dialah Mbak Oki Setiana Dewi, icon muslimah yang
bagi saya sangat menginspirasi.
Sebelum jauh, kita buat singkatan aja untuk judul buku yang mau kita
bahas ini, biar simple. Bagaimana kalau kita singkat jadi ‘HIiL’? Keren
ya!
Nah, aku menemukan buku ini sewaktu singgah pada bazar yang diadakan
salah satu organisasi kampus. Karena melihat buku-bukunya yang banyak,
aku jadi tidak tahan kalau tidak menghampirinya. Satu menit, dua menit,
tiga menit, …. , satu jam kemudian… Hehe
Yang jelas, hampir lima menit saya memilih-milih buku yang cocok hingga
akhirnya…. Aku menemukannya guys! Buku dengan warna hijau muda segar
plus foto dua wanita berhijab yang tersenyum di covernya. Hmm… Plus CD
berjudul HIiL juga. Oke juga. Aku sudah tau tentang kehadiran buku ini
sejak keadaannya masih berupa idea. Yap, aku selalu update tentang Mbak
Oki dan tokoh-tokoh lain.
Aku langsung membeli buku itu, harganya berkisar antara
Rp.80.000-Rp.90.000 plus CD. Maaf ya guys, aku sudah lupa harga tepat
nya. Yang jelas, tidak jauh-jauh dari nominal yang aku sebutkan di atas.
Langsung saja tentang HIiL ya guys.
“Wahai Nabi! Katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun Maha
Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)
Hijab memang bukan hanya sekadar perintah tanpa alasan. Dengan hijab
sejatinya Allah menginginkan para muslimah lebih terjaga, lebih
terhormat dan tentu saja mudah dikenali. Mudah dikenali karena hijab
secara otomatis menjadi identitas ia sebagai muslimah.
Dalam buku HIiL ini, Mbak Oki ingin mendekap semua muslimah. Mari berhijab!
Ia juga terus mengingatkan untuk para muslimah yang belum berhijab, agar
jangan memiliki statement ‘Hijabkan hati aja dulu, baru pake hijab
beneran’. Kan kita gak tau sampai kapan bisa menghijabkan hati? Gimana kalau
keburu Allah memanggil kita duluan? Benernya, berhijab saja dulu, lalu
hijab akan menuntun kita memperbaiki diri dan hati. Ber-Islam itu harus total, sholat saja tidak cukup untuk membuktikan
kita adalah muslim. Masih banyak yang harus dilengkapi. Terlepas dari
buku ini guys, aku ingin menceritakan sebuah kisah. Kisah ini kubaca
dari blognya Mbak Windy Ariestanty, penulis buku Studying Abroad dan
Life Traveler. Suatu ketika, Mbak Windy mendengarkan cerita teman
laki-lakinya yang seorang bule. Temannya itu bercerita dengan penuh
semangat bahwa ia baru saja dating dengan seorang wanita Indonesia
beberapa hari lalu. Seperti biasa, berakhir di tempat tidur. Pagi hari,
sang bule menawari wanita itu roti harm dengan daging babi. Dengan tegas
wanita itu menolak. Ia mengatakan bahwa daging babi haram untuk umat
Islam. Bule itu semakin bersemangat cerita kepada Mbak Windy, ia tidak
habis pikir dengan wanita itu.
“Bukankah Islam juga melarang umatnya minum minuman berakhohol, berzina.
Dengan menolak tawaran saya memakan pork, itu tidak cukup membuktikan
ia sebagai muslim. Bahkan ia memiliki tato di pinggangnya” Ucap bule
yang atheis itu.
Cover CD Hijab I'm In Love |
Hmm…. Bagaimana sobat? Iyakan kalau islam itu harus total? Bule
atheis aja tau. Jadi kalau sobat udah menjalankan perintah Allah yang
lain dan sudah meninggalkan larangan-Nya, ayoo sempurnakan dengan
berhijab.Gak maukan hanya karena tidak berhijab, suatu saat kemakan pork. Lha
kok? Bisa jadi lho. Gini, karena gak berhijab sobat melenggang santai
memasuki sebuah restoran. Ternyata itu restoran gak halal. Siapa yang
bisa ngasi tau? Mana ada pramusaji yang mau bertanya ‘Anda muslim? Kalau
iya, anda harus tau kalau ini bukan restoran halal’ satu persatu. Coba
sobat berhijab, secara otomatis nih, bahkan baru di depan pintu, Pak
Security sudah berkata ‘Stop! Restoran ini tidak halal, Mbak’. Karena,
semua orang langsung tau sobat seorang muslimah, karena sobat berhijab.
Ya, hijab akan membawa ribuan berkah.
Yang pasti, buku ini mengupas sampai bersih tentang hijab, juga
dilengkapi kisah-kisah berhijab beberapa muslimah pemenang lomba menulis
HIiL dan dilengkapi dengan puluhan foto Mbak Oki dan Shindy yang
mengenakan hijab syar’i namun trendy. Bagi sobat yang nanti membeli buku
sekaligus CD, sobat bisa menikmati lagu-lagu Islami yang syahdu dari
Mbak Oki dan Shindy.
Sekian dulu ya guys, jempolku udah gemetar rasanya buat ngetik. Iya,
aku menulis review ini dari ponsel. Semoga bisa bermanfaat. Amin.
Wednesday, 10 April 2013
'Berjalan di Atas Cahaya' Review
Hi guys! I write this my recent post with my bad english. Don’t show
your fancy face. I’m sure that you will understand what i want to reveal
here. May be you just will have shouted ‘Hoo….this post just wasted my
time’. Haha
No, just take it easy, i’m using all of my power english ability for you (way to go, haha).
Okay, let’s analyze this book. One of books is by Hanum Salsabiela Rais and it has tittle ‘Berjalan di Atas Cahaya’ or ‘Walking on the light’ (but, i’m not sure with my tittle translate). I got it from a bookstore in Botani Square Mall. You know, i have been waiting for long time to get it. Yeah, i should waiting my moneys enough. Haha, don’t cry. It’s indeed a tragic story of me. Okay, continue to our book. Then, i read and completed it, need 24 hours only. You must be appreciate it.
What is the special in this book?
I liked this book ‘cause it has different view about Europe. As far as i life, i often found many books which have same idea. But, there are less books could express in different side. Europe is famous with gorgeous place, anything are so expensive etc, and of course as a continent which never can’t be life in same line with a religion called Islam. It’s impossible.
Shockly, this book tell about that Islam and Europe are so near, never separating.
Yah, Islam written many stories in history of Europe. Then, the writer tells about moslem and fact of Islam there. So amazing.
I was so interested a story about Palermo Cathedral. You never think it guys, that there is Al Fatihah writting there, at gate of Palermo Cathedral.
Okay, okay, i think it is enough. I’m so tired and then will to take a rest, mean i'll going to sleep. Don’t worry, i will write more of this book later and later.
How? Are you feeling that your mind so sick or tired after read my review in english? If yes.. I have a Panadol, take it and i will say sorry from my deep heart :)
thanks guys. Nice to share it for you :)
No, just take it easy, i’m using all of my power english ability for you (way to go, haha).
Okay, let’s analyze this book. One of books is by Hanum Salsabiela Rais and it has tittle ‘Berjalan di Atas Cahaya’ or ‘Walking on the light’ (but, i’m not sure with my tittle translate). I got it from a bookstore in Botani Square Mall. You know, i have been waiting for long time to get it. Yeah, i should waiting my moneys enough. Haha, don’t cry. It’s indeed a tragic story of me. Okay, continue to our book. Then, i read and completed it, need 24 hours only. You must be appreciate it.
What is the special in this book?
I liked this book ‘cause it has different view about Europe. As far as i life, i often found many books which have same idea. But, there are less books could express in different side. Europe is famous with gorgeous place, anything are so expensive etc, and of course as a continent which never can’t be life in same line with a religion called Islam. It’s impossible.
Shockly, this book tell about that Islam and Europe are so near, never separating.
Yah, Islam written many stories in history of Europe. Then, the writer tells about moslem and fact of Islam there. So amazing.
I was so interested a story about Palermo Cathedral. You never think it guys, that there is Al Fatihah writting there, at gate of Palermo Cathedral.
Okay, okay, i think it is enough. I’m so tired and then will to take a rest, mean i'll going to sleep. Don’t worry, i will write more of this book later and later.
How? Are you feeling that your mind so sick or tired after read my review in english? If yes.. I have a Panadol, take it and i will say sorry from my deep heart :)
thanks guys. Nice to share it for you :)
Monday, 8 April 2013
Bacalah.... Lalu Temukan Keajaiban
Berkali-kali
aku menyodorkan buku-buku yang kumiliki kepada teman-temanku, berharap mereka
mau membacanya. Namun, mereka hanya menyengir lalu meletakkan kembali buku yang
kuberikan. Bahkan ada seorang temanku yang mengatakan “Nanti kalau udah selesai
baca, jadi’in bungkus gorengan aja ya buku-bukunya....”. Hal ini membuatku
berpikir, merenung. “Mengapa mereka bisa tidak tertarik untuk membaca? “.
Pertanyaan ini selalu singgah dalam kebingunganku, membuatku tak habis pikir.
Seandainya
mereka merasakan betapa indahnya dunia ini saat kita membaca, seandainya mereka
bisa merasakan apa yang aku rasakan saat sudah bertemu dengan bacaan kesukaanku.
Karena membaca aku bisa melihat deretan pohon bereozka yang tertutup salju,
karena membaca aku merasakan musim dingin yang membeku di Moskow, karena
membaca aku melihat indahnya ukiran yang ada di Mezquita dan semakin mengagumi
agamaku, tak jarang aku menangis saat membaca kisah-kisah kelam tentang
pembantaian terhadap muslim seperti di Beirut atau Sabra dan Satila, aku juga
bisa melihat dengan mata kepalaku sendunya bukit Kahlenberg dengan sungai
Danube mengalir di bawah sana, aku juga bisa mengikuti perjalanan Santiago
hingga ia menemukan harta karunnya di Piramida, aku turut merasakan dengan
jemariku ukiran-ukiran di Hagia Sophia dan seperti menyaksikan betapa indahnya
saat ia menjadi Masjid, Aku mengetahui bahwa ada lafadz tauhid di ujung
kerudung lukisan Bunda Maria yang ada di museum Louvre, aku melihat ukiran
pembukaan Al-Fatihah yang tertulis penuh wibawa di gerbang katedral Palermo,
aku merasakan damainya hidup dengan penuh ketenangan di desa-desa seperti
Ipsach dan Neerach, aku bisa memahami bahwa dunia ini tak hanya Riau, tak hanya
Bogor, tak hanya Indonesia hingga aku berani bermimpi untuk menjajaki belahan
dunia-Nya yang lain, yang lebih luas lalu menemukan cahaya-cahaya Islam yang
bertebaran di sana, dengan membaca aku bisa merasakan betapa besar dan
terpukulnya hati seorang ayah yang menyaksikan sang anak tercinta ditembak di
depan matanya, dengan membaca aku sedikit sebanyaknya mengerti tentang
keterpurukan ekonomi yang menghantam dunia, aku juga seperti ada di sana saat
Muhammad Al-Fatih dengan jeniusnya berhasil menaklukkan Konstatinopel, kota
terindah di dunia saat itu, aku juga melihat saat Thariq bin Ziyad memasuki
selat Gibraltar.
Duhai kawan, betapa indahnya duniamu ketika kamu bisa menyaksikan hal-hal
tersebut.
Sebenarnya
aku tidak nyaman berada di keramaian, aku juga tidak menyukai perjalanan dengan
banyak teman. Aku lebih senang bepergian sendiri, karena dengan begitu aku
memiliki banyak waktu untuk mengamati bagian dunia yang kujajaki pada setiap
langkahku, aku lebih bisa memaknai sebuah perjalanan dengan caraku itu. Entahlah,
semenjak aku mencintai kegiatan membaca, aku lebih senang menghibur diri
sendiri ketimbang menceritakan masalahku pada orang lain. Kamu juga akan
merasakan betapa dunia ini begitu indah jika kamu cinta membaca. Semuanya
berjalan dengan hikmah yang mengiringinya dan kadang bersembunyi di
belakangnya.
Duhai
kawan, satu hal yang paling berharga kudapat dari kegemaran membaca, aku berani
bermimpi. Aku berani membayangkan diriku akan memijakkan kaki ini di
tempat-tempat yang pernah kubaca. Dengan begitu, semangat untuk meraih
cita-citamu itu akan terealisasi dengan sebuah tindakan, kamu bersemangat untuk
melakukan hal-hal yang membawamu pada cita-ita itu.
“Bacalah....”
Bukan begitu perintah Allah pada surah pertama yang ia wahyukan? Itu
menunjukkan bahwa dengan membaca manusia akan mengetahui banyak hal bahkan
dengan membaca manusia akan mengenal-Nya.
Duhai
kawan, membaca bukan hanya mengeja kata, melainkan ada penghayatan yang dalam,
memaknai dengan pikiran dan perasaan. Membaca layaknya sebuah perjalanan, banyak
yang bisa kamu temukan namun tak akan bermakna jika tidak dimaknai dengan
internalisasi yang dalam, menyelami setiap diksi dan retorika yang ada di
dalamnya. Lagi-lagi membaca adalah penghayatan. Bacalah.... Lalu temukan
keajaiban.
Saturday, 6 April 2013
Cerpen: Andai Semua Muslimah Sepertimu
Hi guys....! Cerpen ini adalah cerpen yang memenangi lomba menulis cerpen islami Januari lalu. Enjoy it :)
Yaa...perkenalkan
namaku Julia, seorang sekretaris disebuah perusahaan multinasional yang berada
di Jakarta. Saat ini aku nge-kost disebuah kompleks perumahan yang dekat dengan
kantorku. Tapi sialnya, aku harus se-kost dengan seorang wanita berjilbab yang
sangat kubenci. Memang masalah kamar, kita punya masing-masing. tapi, aku tidak
suka berbagi dapur dan ruang tamu dengan wanita seperti dia. Apalagi jika harus
berbagi suami ya? Hiii...
Baik,
kuperkenalkan saja siapa makhluk menjijikkan yang mengisi setiap hariku di
kost. Namanya Emily. Tuh, dari namanya
saja sudah ketahuan bagaimana tampang plus sikapnya. Yups...betul sekali, Emily
adalah gadis berjilbab yang amatiran. Kok? nanti juga tau sendiri. Dia bekerja
di kantor yang sama denganku sebagai asisten direktur. Aku benci denganya
karena dia disenangi oleh banyak orang, semua tampak akrab jika sudah berbicara
denganya, termasuk buk kost. Kamarnya tepat berhadapan dengan kamarku, meski
begitu kami jarang bertegur sapa. Aku iri karena dia memiliki banyak fans.
Emily,
huh... tidak hanya karena dia punya banyak penggemar. Tapi dia juga paling
senang cari muka, terlebih didepan buk kost. Pagi-pagi dia sudah menyapu lantai
lalu menyiram bunga dihalaman rumah. Awalnya aku berfikir dia memang sosok
gadis yang rajin, eh... sewaktu ibu kost ada urusan keluar kota, toh Emily
tidak menyentuh batang sapu sampai hari dimana Bu Kost kembali. Dia
membersihkan rumah saat suara mobil bu kost sudah masuk ke halaman rumah, kan
biar bu kost melihat kalau dia lagi bersih-bersih. Kalau sudah begitu,Bu Kost pasti akan langsung
menuji-mujinya.
“Aduh...Emily
nih ya, rajinya minta ampuuuunnn... coba aja ibu punya anak cowok, pasti sudah Ibu
jodohin dech. Seandainya semua anak yang ngekost disini rajin kayak Emily,
pasti enak” kalau Bu Kost
sudah berucap seperti itu, ujung-ujungnya aku yang tersindir. Ya iya lah...
orang yang nge-kost disini cuma aku dan Emily. Akibat kejeniusan Emily
dalam hal cari perhatian, dia selalu di beri oleh-oleh, diajak makan ke
Restoran, dan hal-hal lain yang sifatnya menyenangkan dari Bu Kost.
Gitu
doank? No!!! Selain kejelekan di atas, ternyata Emily juga paling sering buang sampah ke
dalam tong sampah yang ada di depan kamarku. Padahal, kita punya tong sampah
masing-masing lho. Dasar pemalas, bilang aja dia malas jika harus membuang
sampah jauh-jauh ke tempat sampah yang ada di ujung gang. Aku tak mau tinggal
diam. Suatu siang, kebetulan aku pulang lebih awal dari Emily. Hmm...kesempatan
perak ini aku manfaatkan untuk membalas budi gadis berjilbab amatir yang
tinggal satu rumah denganku itu. Aku sengaja mengumpulkan sampah dari rumah
makan di depan kost, mulai dari nasi yang sisa hingga nasi busuk ku ambil.
Untuk apa? Tentu saja aku masukkan ke dalam tong sampah yang ada di depan kamar Emily. Lalu apa dia
kapok? Walhasil, keesokan paginya aku mendapati tong sampah yang ada di depan
kamarku mengeluarkan bau yang sangat busuk, sampai-sampai aku dimarahi oleh Ibu Kost.
“Jorok banget sih kamu Jul?!!! Anak cewek kok
joroknya minta ampun!!!”Gerutu Bu Kost.
Ya,ya,ya...
siapa lagi? Kalian pasti sudah tau apa yang dilakukan gadis itu kan?
Cuma
itu? Ohh... belum sempurna rasanya aku mendeskripsikan Sang Emily (terdengar semacam
nama seorang putri yaa?) kepada kalian. Ada satu lagi tabiat nih cewek, dia
juga hobby banget memakai sabun dan peralatan mandiku tanpa izin. Gak banget
kan? Masak seorang asisten direktur, sabun aja nyolong. Darimana aku tau kalau Emily
memakai sabun dan peralatan mandiku? Yaps, semua berawal dari kecurigaanku
padanya. Masak sih sabun cair yang biasanya bisa tahan dua minggu, setelah si
anak kunti (baca:Emily) datang, sabun
cairku hanya bisa untuk lima hari. Masak iya ada tikus minum sabun cair?
Akhirnya, setelah berulang-ulang begitu, aku memutuskan untuk memasukkan cairan
asing kedalam botol sabun cairku, efek samping dari cairan ini adalah
gatal-gatal apabila terkena kulit. Tentunya aku tidak memakai sabun ini, aku
membawa sabun yang steril ke dalam kamar.
Dan...
ternyata benar dugaanku, beberapa menit setelah Emily
mandi, dia teriak-teriak minta tolong. Ia meminta Bu
Kost untuk menaburkan bedak kepunggungnya. Aku
cekikikan sendiri mendengar rintihanya, tapi... bukan Emily namanya kalau
tidak bisa memanfaatkan keadaan.
“kok
bisa sih Em?” tanya Bu Kost
“gak
tau ni Bu, tadi kan sabunku
habis dan lupa beli. Jadi aku minta sabunya
Julia. Eh... ini nih akibatnya, mungkin Julia ada masukin
sesuatu kedalam sabun” katanya menjelek-jelekkanku. Kapan tuh anak kunti bilang
minta?
“heh...!!1
emang kamu pernah bilang minta?!!” aku keluar kamar dengan mata melotot.
“ya
ampuuunnn Julia,
masak kamu gak denger tadi kan aku ketuk pintu kamar kamu dan bilang minta
sabun”Jawabnya santai tanpa
dosa.
“dasar
maling!!!”Kataku
ketus
“Heh Julia, jangan asal nuduh Emily donk. Baru juga
sekali Emily minta sabun udah
kamu masukkin cairan gak jelas. Sudah
Em, ntar
Ibu beliin sabun yang banyak” Ibu Kost mulai deh membela
anak kunti, dasar ibu kunti. Daripada dikeroyok, lebih baik aku kembali masuk
kamar.
Hubunganku
dengan Emily memang tidak akan
pernah baik. Dan sekarang, harus ditambah satu lagi penghuni rumah ini. Memang
rumah mewah ini memiliki tiga kamar kosong yang di sewakan, dan saat ini masih
ada satu yang belum terisi. Tapi, sekarang sudah datang tuh si penghuni kamar.
Seorang gadis dengan tinggi semampai dan berkerudung. Waks... berkerudung? Aku
seperti sudah trauma dengan wanita berkerudung. Ya, mungkin karena wanita
berkerudung yang satu kost denganku (Emily) sungguh memiliki tabiat jelek. Dan
sekarang harus bertambah satu lagi. Bagiku, jilbab saat ini hanya seperti trend
saja. Sepertinya hidupku akan lebih menderita dengan bertambahnya penghuni kost
ini. Oh ya, dengar-dengar namanya Naela. Kampungan banget tuh nama, ya gak?
Setelah
beberapa minggu Naela bergabung di rumah ini, semua ketakutanku tidak
benar-benar terjadi. Naela tidak seperti
Emily, hanya dia selalu menjagak aku dan Emily mengaji bersama
pada malam jumat.
Tentu saja kami berdua menolak dengan berbagai alasan.
“Aduh...
perutku mules nih”Teriakku
“Aku
haid nih” alasanya si anak kunti gak kalah hebat, perasan udah tiga jum’at alasanya
haid terus, lancar banget tuh. Kalau sudah begitu, naela hanya diam dan mengaji
sendiri di ruang tengah.
Sekarang,
jabatan sebagai anak kesayangan Bu Kost sudah tidak
diduduki Sang Emily melainkan
digantikan oleh Naela.
Ibu kost meminta Naela
mengajarkan sara, anak bungsu Ibu Kost untuk mengaji. Bu
kost juga sering mengajak naela ke pengajian dan sebagainya. Bapak Kost yang berprofesi
sebagai dosen pun sering bertanya masalah agama ke Naela. Gadis itu ku akui
murah senyum dan ramah, aku pun harus mikir kalau mau iri padanya. Tampaknya
saat ini Emily yang terlihat
benci setengah mati ke gadis berkerudung itu.
Sekarang,
tabiat buruk Emily
tak lagi kudapati. Sudah tobat ya? Siapa bilang! Emily sudah berpindah klien,
dia sekarang berpindah jail ke gadis baru itu. Kasian juga, gadis baik-baik
harus kenal dengan anak kunti. Tapi setidaknya, aku sekarang merasa lebih
nyaman tanpa gangguan Sang Emily. Sudah selesai
donk ceritanya? Belum.
Setiap
pagi, aku selalu berpapasan dengan Naela yang dengan susah
payah mengangkat tong sampahnya yang penuh menuju kotak sampah di ujung gang.
Aku tau pasti setengah dari sampah yang memenuhi tong sampah yang dibawanya
adalah sampah-sampah produk anak kunti. Seingatku, si anak kunti hanya sekali
membuang sampah selama ngekos di rumah ini. itu saat hari pertama ia datang.
Meski begitu, Naela
tak pernah mengeluh apa-apa, malahan ia selalu menawariku dan Emily untuk membantu
membuang sampah kami apabila kami tampak bangun kesiangan. Aku sih sebisa
mungkin menolak, begitu juga si anak kunti. Ya iyalah, orang setiap malam sang
kunti sudah kelayapan mengekspor sampah-sampahnya.
Masalah
sabun, aku tidak tau persis apakah
Emily tetap nyolong sabun. Yang jelas sekarang
sabunku tampak aman. Suatu sore, saat naela baru pulang dari kuliah. Ia membeli
berbotol-botol sabun cair.
“Julia,
Emily... nanti kalau mau pakai sabun, pakai saja ya. Aku taruh di kamar mandi”
ucapnya menawari kami. Aku hanya tersenyum, berfikir. Aku yakin, pasti selama ini E mily beralih memakai
sabun Naela.Tapi kenapa tak
ada keinginan gadis itu untuk membalas sebagaimana aku membalas kejelekan Emily padaku?
Beberapa
hari setelah itu, aku tak melihat
Emily kelayapan sejak pagi tadi. Kemana dia? Kangen
juga (sambil ngeludah). Saat aku keluar kamar untuk membuat mie instan sehabis
maghrib, aku mendapati Naela
sedang memasak sesuatu di dapur.
“Masak?” Tanyaku
“Iya, Emily sakit. Aku memasak
sup jamur untuknya. Kasian dari pagi ternyata dia dikamar dan belum makan. Ayo
bareng kita jenguk ke kamarnya” jawab gadis baik itu.
Aku
tersentuh mendengar jawaban Naela. Betapa jernihnya
hati gadis itu, sehingga tak ada secuil pun dendam dalam hatinya apalagi niat
untuk membalas kejahatan orang lain padanya.
Malam
itu, adalah kali pertama aku melihat si anak kunti terbaring lemah di tempat
tidur. Saat kami masuk, ia terlihat kaget. Aku sempat melihat embun di sana, di
matanya. Naela dengan ikhlas menyuapi gadis itu dan membantunya minum obat. Ah, Naela. Aku tak bisa
membayangkan jika kamu tidak datang, pasti si anak kunti sudah ku beri racun
tikus. Tapi, darimu kini aku tau. Bahwa kejahatan memang tak harus dibalas
kejahatan. Bukan begitu ajaran agama kita? Ajaran agama yang sempat kulupakan.
Dan
sekarang, Emily
sudah sembuh. Sembuh dari sakit dan sembuh dari tabiat buruknya. Kita sudah hidup
rukun. Pun pada malam jumat kita juga mengaji bersama di ruang tamu. Naela,
kamulah cermin dari wanita muslimah sesungguhnya. Muslimah yang memang
seharusnya menyebarkan kelemahlembutan dan persaudaraan.
Subscribe to:
Posts (Atom)