Saturday, 27 February 2016

HIKMAH RESIGN KERJA


Photo by: @mualiiime
Pekerjaanku di perusahaan Singapore berakhir di 30 Desember lalu. Sampai sekarang aku masih sering merindukan teman-teman di sana. Walau kadang mereka njengkelin buanget, tapi kalau diingat-ingat banyak juga kebaikannya. Ternyata melupakan orang-orang yang pernah mengisi hari-hari kita itu nggak gampang, meskipun cuma bentaran doang. Kebayang aja wajahnya Kris yang selalu aja tergesa-gesa kalau ngajarin, ngatain seenak hati, plus suka bilang “...Hmmm anyway...”. 

Pesona Istana Dolmabahce di Istanbul

Tempat yang Wajib Dikunjungi di Istanbul: Istana Dolmabahce
Sama seperti bangunan-bangunan megah peninggalan Ottoman lainnya, Istana Dolmabahce juga terdapat di Istanbul bagian Eropa. Letaknya yang berada tepat di pinggir Bosphorus membuat istana ini terlihat begitu indah dari feri. Pada tahun 1856-1922, istana ini dipakai sebagai pusat administratif Kesultanan Ottoman. 

RESTORAN HALAL DI CHINA



China halal food (www.foodstreet.com.my)

Kebanyakan masyarakat Indonesia yang berpelesir ke luar negeri, khususnya ke negara minoritas Muslim, pasti memikirkan tentang kehalalan makanan di tempat tujuan. Banyak pertanyaan dan keraguan yang menggelayut di hati ketika menghadap menu yang disajikan. 

Hal ini juga dialami oleh banyak wisatawan Indonesia yang mengunjungi Cina. Mungkin karena sering melihat menu Cina di film-film kebanyakan berbahan dasar babi, jadinya beranggapan bahwa semua makanan di sana tercemar daging babi. Selain karena hal tersebut, ada juga kekhawatiran tentang penyembelihan hewan-hewan halal yang kemungkinan besar tidak menyebut nama Allah. Tentu saja jatuhnya juga menjadi makanan tidak halal. 

Dua Model Hijab yang Lagi Ngehits di Turki



Sekarang hijab ala ala Turki gitu lagi ngetren banget, ya? Yang lagi rame sih motif monokrom, tapi teuteup cara pemakaiannya dengan kedua sisi hijab yang disampirin di pundak. Beberapa orang kelihatan bagus memang dengan hijab yang dipasang begitu, tapi kalau diperhatikan, beberapa justru aneh alias maksain. Hihi... Kalau pas buka instagram di bagian search itu kan biasanya muncul foto-foto orang lain (related to people we follow), nah gak perlu dibuka fotonya udah ketahuan tuh mana yang kelihatan maksain ala Turki. 

Gak tau kenapa ya, kalau aku perhatikan, ada yang beda dari cara pemasangan antara kita (orang Indonesia) dengan para Muslimah Turki. Apa karena Muslimah Turki pake sanggul besar? Atau memang karena bentuk kepala dan wajah yang beda? Dan satu lagi, kemungkinan besar postur tubuh juga mempengaruhi. Rata-rata wanita Turki itu tinggi semampai gitu ya, jadinya cocok kalau pakai hijab yang begitu. 

Nah, karena aku banyak banget follow Muslimah Turki di instagram, jadinya aku hapal banget hijab yang lagi ngetren di sana tuh yang gimana. Aku juga hapal sama harga rata-rata hijab yang asli berbahan sutra. Segitunya, ya?

Habisnya nih, dari satu orang ke orang yang lain, hijabnya model itu lagi dan itu lagi. Ternyata di sana itu pake musim juga. Samalah kayak cewek Indonesia yang suka ngikutin tren. Pengen tau kan hijab model apa sih yang paling digemari Muslimah Turki?
 
Instagram: @bifotoggraf

Sunday, 21 February 2016

EMPAT HAL YANG PALING SERING KUTONTON DI YOUTUBE



Photo by: @mualliiime

Sebulan terakhir, youtube seperti sudah jadi sahabat. Bersyukur banget ada youtube di jaman ini, jadi bagi kita yang gak bisa mendatangi majelis ilmu pun bisa tetep dengerin tausiyah dan tayangan bermanfaat. 

Percaya gak kalau kukatakan, iman itu naik turun? Naiknya sih sesekali, nah turunnya itu lho yang biasanya suka jeblok. Bertahun-tahun ninggalin shalat malam, pas udah dapat hidayah dan mau kembali shalat, tapi seminggu kemudian iman down dan gak mau shalat lagi. Buanyak banget yang bikin iman terjun payung. Kalau menurutku sih hal yang paling berperan besar itu tontonan. Instagram juga masuk hitungan.

Why? Gak tau ya kenapa, tiap kali habis nonton sesuatu yang gak bermanfaat, misal sinetron atau film ala roman picisan, bawaannya menghayal yang manis-manis dan berujung males banget mau ibadah. Iblis memang luar biasa banget niupin angan-angan kosong dalam hati kita. Makanya harus banyak istighfar dan mengingat Allah. 

Thursday, 18 February 2016

Macau Episode 5: Dim Sum, Taipa, dan Dinner di Galaxy Hotel

Just a little story about DIM SUM

 “A people without the knowledge of their past history, origin, and culture, ia like a tree without roots.”Marcus Garve 
Mungkin dim sum bukanlah tentang makanan pribumi, namun sebenarnya—meskipun tidak mutlak sama—sejak kecil aku sudah terbiasa dim sum bersama keluarga, atau bahasa gaulnya ‘ngeteh’. Dalam bahasa Kanton dim sum memiliki arti ‘menyentuh hati’. Dim sum sudah dikenai sebagai makanan populer di kalangan masyarakat Cina sejak ribuan tahun lalu. Kebiasaan dim sum konon bermula pada periode Jalur Sutra (Asia Tengah ke Cina) dan Dinasti Han (206 SM) hingga Dinasti Yuan (Abad 14 M). Ketika itu para petani, buruh dan pedagang yang berbisnis di sepanjang Jalur Sutra kerap mampir di kedai teh pinggir jalan untuk minum teh di pagi hari.

Aku sendiri mengenal dim sum baru beberapa minggu lalu, tepatnya saat perjalanan ke Macau bersama MGTO dan VIVA. Awalnya aku hanya berpikir pagi itu kami akan sarapan dengan menu Cina. Ternyata oh ternyata ini menu Cina yang tidak biasa...
Main Door of Grand Emperor Hotel Macau (Dok.pribadi)
Cerita dimulai saat kedatangan kami di Grand Emperor Hotel. Setelah dibuat terkesima oleh dua orang penjaga pintu yang berseragam merah dan topi bulu khas prajurit Inggris—wajahnya juga bule, lagi-lagi 78 kg emas asli yang dipajang di lantai lobi membuat kami takjub. Kapan lagi bisa menginjak emas, kalau bukan saat itu. 

Dirasa hasil jepretan sudah cukup, Pak Alan mengarahkan kami menuju lantai sekian, saatnya dim sum di Restoran Dim Sum Grand Emperor Hotel. Pelayan wanita berwajah Cina dalam balutan seragam putih mengantarkan kami ke ruangan privat, mempersilakan kami duduk. Selain meja makan dan kursinya, ruangan tersebut juga menyediakan satu set sofa. Kami menunggu sambil memotret sana-sini. Lima menit kemudian, si pelayan meletakkan cangkir-cangkir mungil di hadapan masing-masing kami. Ia kemudian menuangkan teh dari sebuah poci putih dan lucu. Seandainya poci itu bisa kubawa pulang, pikirku. 

Pelayan itu pergi. Kupikir ia mengambil makanan lain, eh ternyata tidak. Mengikuti yang lain, aku juga menyeruput teh tersebut. Sebenarnya lidahku tidak begitu cocok dengan teh Cina itu, namun secepat kilat aku memaklumi, mungkin teh mahal memang rasanya tawar dan pahit dan aku belum terbiasa (haha). Selang sepuluh menit, si mbak pelayan datang lagi sambil membawa sepiring menu. Ada semacam mi laksa, dan beberapa jenis makanan lain dalam satu piring untuk bersembilan. Kami menghabiskannya secepat kilat. Wajah heran si pelayan sama sekali tidak kami pedulikan. 
 
Dim sum at Grand Emperor Hotel (Dok.pribadi)
Menu selanjutnya datang tidak begitu lama, kali ini lebih menarik. Karena setiap masing-masing kami mendapat tiga makanan mungil, setidaknya tidak perlu bagi-bagi lagi. Sausnya juga ada dua jenis dalam satu wadah mungil bersekat. Saat aku mengambil saus tomat untuk makan mi (yang kubilang sejenis laksa tadi), si pelayan buru-buru mencegah.
“This for this, and this for this.” Ucapnya sambil menunjuk saus dan makanan mungil bergantian. Aku mengangguk, sok mengerti.
Mi sejenis laksa itu rasanya enak. Belum pernah aku makan mi seperti itu sebelumnya, justru menurutku rasanya mirip rumput laut. Tiga buah makanan mungil itu pun enak, kalau di Indonesia mungkin namanya gorengan. Tapi di sana dikemas lebih apik dan rasanya pun tidak bisa ditebak. Satu hal yang membuatku sebal sendiri, mereka semua makan menggunakan chopstick alias supit, sementara aku tidak bisa. Walau sudah ribuan kali Ibuku mengajari, tetap saja aku hanya bisa menggunakan supit untuk makan mi. Kuperhatikan, mereka bisa mengambil makanan mungil menggunakan dua kayu itu, sedangkan makanan mungilku selalu saja jatuh. Bahkan saat aku mengambil tumis pak choy pun gagal. Akhirnya aku mengalah, dan memilih makan menggunakan sendok biasa.

Setelah tiga buah makanan mungil lenyap, selanjutnya muncul satu piring bebek peking yang kutebak dimasak menggunakan kecap. Dagingnya kenyal dan enaknya jauh dibandingkan rasa bebek peking yang selama ini kumakan. Tanpa tulang pastinya. Ada semacam daun parteseli kering di samping-sampingnya. Bahkan menurut kami, daun gorengnya pun enak. 

Dim sum ditutup dengan buah semangka, dan kami pun beranjak meninggalkan Grand Emperor Hotel. Itulah tadi dim sum, saat ini sudah ada sekitar 2.000 jenis macam dim sum. Sebuah restoran besar dim sum biasanya menyajikan sekitar 100 jenis dim sum. Tertarik mencoba?


Taipa dan Rumah Peninggalan Portugis
Rumah Jenderal Portugis jaman dulu (Dok.pribadi)
Deretan rumah sederhana itu kini telah menjadi museum, dulunya mereka adalah rumah para jenderal Portugis. Di pelatarannya terdapat deretan pohon dan kursi-kursi yang menghadap danau, sayang danau tersebut dipenuhi enceng gondok. Ada beberapa pekerja yang sedang sibuk membersihkan, entah danau itu ingin disulap jadi apa lagi oleh pemerintah Macau. Mereka membangun hotel dalam air pun masih mungkin-mungkin saja. 

Di samping kanan, seharusnya ada taman dengan aneka bunga. Sayangnya saat kami ke sana, taman itu baru ditanami, itu artinya belum ada bunga yang tumbuh apalagi mekar. Sayang sekali.
“Iya Sofi. Dulu waktu aku ke sini, bunganya banyak banget...” Una memberi tahu dengan semangat.
Padahal aku suka bunga, rasanya kalau sudah bertemu makhluk warna-warni itu semua masalah lenyap sesaat. Tak apalah, semoga di masa depan aku bisa kembali berkunjung saat bunganya sedang bermekaran.


Dinner at Galaxy Hotel
Galaxy Hotel Macau (sumber: cina.panduanwisata.id/)
Setelah mengunjungi Taipa, rombongan selanjutnya menuju City of Dream. Di sana kami berkeliling lobi Hard Rock, mengunjungi Site Visit di SOHO, menyaksikan Dragon Treasure dan The House of Dancing Water (ceritanya kutulis si sini). Sekitar tujuh malam, bus melaju menuju Galaxy, bangunan hotel termewah yang di awal tulisan sudah kuceritakan.

Itu bukan sebuah hotel, melainkan istana sebuah dinasti. Jika ia ada di jaman dulu, tentu Napoleon Bonaparte sudah memindahkannya ke Prancis (sotoy, haha). To be honest, itu memang hotel yang menakjubkan bagiku.
Diamond Show at Galaxy Hotel Macau (Dok.pribadi)
Begitu usai menyaksikan Diamond Show gratis di lobinya yang super jumbo dan mewah, Pak Alan mengajak kami menuju Gosto Restaurant. Tidak hanya restoran saja yang berderet di dalam Galaxy, outlet-outlet mahal pun bertebaran di mana-mana. Bahkan hotel ini juga memiliki bioskop sendiri. 

Sebagai makanan pembuka, ada sup tomat dengan telur ceplok (seperti kita memasak telur dalam mi rebus), udang merah seukuran remote televisi, dan octopus salad. Karena alergi udang, aku memilih aman dengan makan sup tomat dan octopus saja.

Menu di Gosto Galaxy Hotel (Dok.pribadi kecuali foto udang, that's Alex's picture)
“Ha, ini telur ceritanya?” Mas Fahmi berseru heran. Diangkatnya sendok yang berisi potongan telur, ia perhatikan.
“Hehe...ternyata benar telur.” Ucapnya lagi.
Setelah piring-piring diangkat, selanjutnya pelayan yang cakep berwajah bule mengantarkan main menu.
“This is Africa Chicken, Madam...” ia memberi tahu.
Aku mencobanya, dan ternyata cukup enak. Bumbunya masuk ke lidah Indonesia, pedasnya sedikit kurang, namun asinnya pas. Dagingnya sangat lembut. Semakin sempurna dengan potongan kentang bakar. Alhamdulillah, makan malam ketiga kami di Macau sama. Sama-sama enak dan memuaskan.

Sebagai menu penutup, mereka menyajikan satu gelas biscuit mousse. Lapisan paling atas adalah biskuit, mousse, oreo, mousse lagi, dan paling bawah ada saus mangga (sumber material lapisan: instagramnya Una). Rasa setiap lapisannya yang berbeda-beda memberikan sensasi yang tidak bisa dijelaskan, apalagi saat berpadu dengan saus mangga di dalam mulut. Inilah dia dessert nomor satu yang paling enak selama aku di Macau. Tertarik mencoba?


Macau Government Tourist Office Representative in Indonesia
Twitter: @macauindonesia
Facebook: MGTO Indonesia
Website: http://id.macautourism.gov.mo/   

Wednesday, 10 February 2016

Taman Bunga Nusantara: Di Indonesia Sensasi Eropa

Karena waktu itu nggak banyak ambil foto, jadi yang ini diambil dari google

Sebenarnya ini kunjungan yang udah kadaluarsa, sekitar Januari 2014 lalu dan bertepatan dengan musim hujan. Entah mengapa pengen banget posting kembali. Mungkin lantaran inilah satu-satunya destinasi yang dekat dari Bogor dan membuat aku pengen berkunjung kembali.

Taman Bunga Nusantara, udah pernah berkunjung ke sana belum? Kalau belum, ini tempat recommended banget buat dikunjungi, terlebih untuk kalian yang tinggal atau nomaden di area Jabodetabek. Taman ini berlokasi di Cipanas, Kabupaten Cianjur. Udaranya sejuk dan fresh banget. Sayang waktu aku berkunjung ke sana, nggak sampai 2 jam berkeliling, hujan sudah mengguyur nggak berhenti sampai sore. Walhasil nggak semua taman bisa dikunjungi, padahal aku pengen banget ke Green House-nya.

Saturday, 6 February 2016

3 Tempat di Dunia yang Sangat Ingin Dikunjungi



Setiap orang memiliki impian, entah itu impian ingin memiliki rumah, karir bagus, profesi tertentu, atau mengunjungi suatu tempat. Sebenarnya ada banyak tempat yang ingin kukunjungi di dunia ini. Bahkan semuanya. Namun tiga tempat berikut menempati urutan tiga besar di dalam hati. Bahkan saat disebut namanya saja, rasanya sudah sangat bahagia.

Berikut adalah 3 tempat yang menjadi impianku itu:


Istanbul, Turki

(Lupa sumbernya nih, udah lama di-download)
Image source: @mualliiime

Bagi mereka yang sering mampir ke blog ini, pasti sudah fasih kalau aku adalah pecinta Turki nomor wahid di negeri ini. Hehe. Aku memimpikan Turki sejak umur 14 tahun, dan alhamdulillah sampai hari ini belum diberikan kesempatan berkunjung ke sana. Tapi aku yakin seratus persen, suatu hari (semoga segera) aku pasti datang ke sana.

Friday, 5 February 2016

A Part from My Novel Project

Photo credit: @mualliiime

Ini adalah hari terakhir Naela di penjara. Sejak satu jam lalu ia terus berdiri menghadap jendela, menyaksikan dedaunan kering yang diterbangkan angin. Terus bertanya pada diri sendiri, apakah ia bahagia?

Ah, Naela belum bisa menjawabnya.

Penjara telah menjadi rumah yang paling aman baginya selama satu tahun terakhir. Di sini ia merasakan hidup yang lebih tenang. Tidak ada gunjingan, lemparan tomat atau telur busuk, karena semua yang mendekam di bawah atap ini adalah sama. Senasib sepenanggungan.

Thursday, 4 February 2016

Vihara Kwan Im: Ada Thailand di Sukabumi, Indonesia



Hari Jumat lalu dalam rangka perpisahan dengan teman-teman satu PKL, kami diajak berkunjung ke bukit Kwan Im. Awalnya aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa sebuah bukit di Pelabuhan Ratu yang identik dengan Ratu Kidul bisa dinamai dengan dewi Cina seperti itu. Kwan Im sendiri merujuk pada penjelmaan Buddha Welas Asih di Asia Timur (Jangan tanya maksudnya apa). Dari cerita Pak Kris akhirnya aku tahu bahwa dulunya ada seseorang yang melihat perwujudan Dewi Kwan Im di bukit tersebut, dan sebagai bentuk penghormatan maka dibangunlah wihara di sana. Kalau dipikir-pikir ceritanya hampir sama dengan legenda pembangunan Biara Sumela di Trabzon Turki.
 
Ini Biara Sumela di Trabzon. Letaknya juga di bukit, ya? (www.panoramio.com)
Sejarah asli pembangunan wihara ini bermula dari mama Airin—etnis Thailand yang sudah jadi warga Indonesia—yang bermimpi bahwa lokasi vihara ini telah ada sejak 600 tahun silam (Masa Dinasti Qing), tetapi menjadi hilang karena termakan waktu. Itulah sebabnya ia berinisiatif untuk kembali membangun vihara ini.  Setelah mencari lokasi yang mirip dalam mimpinya di Gunung Batu, Malang, dan Gunung Kidul, Yogyakarta, Mama Airin akhirnya menemukannya di daerah Sukabumi. 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...